Menurut saya, paragraf yang benar-benar menggambarkan kemarahan Rahwana adalah:
Rama, kita hanya pemeran utama
kau pegang peran pemenang idola
aku sandang peran pecundang dina
dalam lakon bencana kehidupan fana
yang menghisap seluruh energi semesta
dan melantakkan makhluk tanpa dosa
Penekanan ada pada penggambaran Rama sebagai 'pemenang idola' dan Rahwana sebagai 'pecundang dina'. Ini bukannlah pujian untuk Rama, melainkan sebuah sarkasme.
Pada puisi Pengakuan Rahwana, saya bisa membaca sebuah obsesi dan kerinduan dari sosok Rahwana kepada Sinta yang begitu besar. Digambarkan melalui pemilihan kata yang sangat romantis. Saya sampai membayangkan, laki-laki yang mampu membuat sebuah pengakuan cinta seperti itu, betapa besar cintanya kepada pasangan hidupnya?
Pada puisi Pengakuan Rahwana, kata menurut saya merupakan inti dari puisi ini adalah 'Sinta'. Setiap saya membaca kata 'Sinta' pada puisi ini, saya bisa merasakan cinta, kerinduan, keputus asaan, dan penyesalan yang begitu mendalam sehingga tidak mampu lagi digambarkan dengan kata.
Tidak ada kata yang diperlukan lagi untuk menunjukan seberapa berharga Sinta untuk Rahwana. Tidak ada kata yang mampu menggambarkan devosi dan cinta Rahwana kepada Sinta.
Saat saya membaca kedua puisi ini, saya bahkan bertanya-tanya, cinta macam apa yang sudah dilalui seorang Djoko Saryono sehingga bisa menuliskan puisi sedemikian luar biasanya? Penggambaran emosi yang sangat nyata dan terasa membuat saya ketika membaca puisi Nasihat Rahwana , tanpa sadar saya merasakan kesesakan di dada saya dan saat saya membaca puisi Pengakuan Rahwana, merasakan debar jantung saya.
Dua puisi ini adalah puisi pembukaan buku himpunan puisi Kemelut Cinta Rahwana. Dari dua puisi ini saja, saya sudah bisa merasakan sebuah perjalanan rollercoaster emosi, bayangkan seisi bukunya.
Ini adalah salah satu perjalanan rollercoaster yang singkat, dengan air mata yang menetes tanpa henti di sepanjang jalan, tetapi saya sangat senang karena bisa memiliki kesempatan untuk membaca dan mengulas puisi ini.
Puisi seorang Djoko Saryono selalu berhasil menusuk hati. Sebuah karya yang tidak akan terlupakan dalam jangka waktu yang sangat lama. Saya memberikan penilaian ini, murni kesan saya sebagai pembaca dan terlepas dari status saya sebagai mahasiswa beliau. Lima bintang dari lima bintang untuk dua puisi ini!
Terima kasih banyak Prof. Djoko Saryono telah mengajak saya dalam perjalanan singkat yang luar biasa ini!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H