Mohon tunggu...
Imanuel heri Setiawan pani
Imanuel heri Setiawan pani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Konten apologetika, teologi

Selanjutnya

Tutup

Diary

Pengharapan dalam Impian yang Hancur

1 September 2024   13:55 Diperbarui: 1 September 2024   13:56 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Perkenalkan nama saya Imanuel Heri Setiawan Pani. Saya seorang mahasiswa aktif di STT satyabakthi malang semester 3. Sebelum saya di sini, saya juga pernah mengenyam pendidikan teologi di Sekolah Alkitab Elisa surabaya selama 2 tahun dan di STTII Bali, Denpasar selama satu tahun.


Sebelum saya di masuk di dunia teologi, saya adalah seorang salesman di perusahaan Farmasi nasional. Saya bekerja di dunia farmasi selama 3 tahun di PT. Tri sapta jaya yang merupakan anak perusahaan dari Kalbe Farma. Saya seorang salesman yang dipercayai memegang area lamongan, tuban dan bojonegoro. Namun seiring berjalannya waktu, area saya diperluas sampai sebagian dari kota surabaya dengan memegang beberapa PBF lokal.

Sebenarnya saya tidak memiliki impian untuk menjadi seorang teolog maupun seorang pendeta, namun saya memiliki impian sebagai Brand manager di perusahaan tempat saya bekerja. Di perusahaan tempat saya bekerja membuka jenjang karier bagi setiap karyawannya. Untuk menjadi Brand Manager harus melewati beberapa tahapan yaitu dari salesman yang sudah diangkat menjadi pegawai tetap kemudian naik jenjang menjadi Supervisor (SPV) bagi salesman yang berprestasi dalam kinerjanya. Setelah menjadi SPV akan naik jenjang lagi menjadi Brand manager (BM) bagi SPV yang berprestasi.


Pada mulanya jalan untuk saya meraih impian saya tersebut sangatlah terbuka lebar, apalagi saya adalah salah satu karyawan salesman terbaik di perusahaan saya bekerja dengan hanya 4x tidak mencapai target dalam kurun waktu 3 tahun saya bekerja. Meskipun saya tidak mencapai target, namun omset yang saya dapat capai selalu berada di angka 85% dari target yang merupakan diatas minimum persentasi target dari perusahaan. Target minimum yang harus dicapai salesman ialah 80% dari target.

Awal kehancuran impian saya dimulai ketika sepeda motor yang saya gunakan untuk berkeliling di curi orang. Dalam ketentuan perusahaan, jika seorang salesman tidak memiliki motor maka ia harus keluar dari perusahaan. Namun karena saya adalah salah satu salesman yang berprestasi, maka BM dan SPV saya memberikan waktu saya satu bulan untuk mendapatkan motor baru. Pada waktu itu saya juga akan di promosikan menjadi pegawai tetap dan akan sekaligus di promosikan sebagai SPV karena kinerja saya selama ini.


Saya berusaha untuk membereskan berkas-berkas kehilangan dari polsek sampai FIF supaya pencairan FIF dapat cair lebih cepat dan saya bisa dapat motor baru. Selain itu saya juga berusaha mencari pinjaman uang ke teman-teman maupun kerabat untuk supaya saya dapat DP uang muka motor karena waktu itu uang tabungan saya habis untuk berobat mama ke rumah sakit. Namun apa daya, Tuhan berkehendak lain. Uang pencairan FIF cairnya diluar pemikiran saya yaitu satu bulan setengah. Otomatis akan melebihi batas toleransi yang diberikan oleh perusahaan. Saat itu juga saya juga tidak mendapatkan pinjaman uang sepeserpun.

Pada akhirnya dengan berat hati, saya mengundurkan diri dari perusahaan tersebut, yang otomatis juga menghancurkan impian saya. BM dan SPV saya berkata: "enggak eman ta kamu keluar dari perusahaan? Bulan depan kamu lho udh jadi pegawai tetap dan kamu akan dipromosikan menjadi SPV". Saya hanya berkata: "saya sudah berusaha pak, namun apa daya saya tidak dapat pinjaman dan uang FIF saya pencairannya pertengahan bulan depan. Apakah bapak tidak bisa menambahkan waktu lagi bagi saya?". BM dan SPV saya berkata: "tidak bisa Im, karena seharusnya ketika kamu ndak ada motor secara aturan kamu harusnya dikeluarkan, namun karena perusahaan melihat ini musibah yang tidak terduga dan perusahaan sudah memberikan keringanan untuk kamu tidak keliling satu bulan karena prestasimu". Maka hancurlah perasaan saya. Maka mau tidak mau saya keluar dari perusahaan tersebut.


Ketika saya keluar dari perusahaan, justru Tuhan buka jalan untuk saya masuk teologi karena ada seseorang yang mau mensponsori saya sampai lulus kuliah diteologi. Dalam pikiran saya, ya sudahlah mungkin Tuhan mau untuk saya ke dunia teologi. Kemudian saya mendaftar dan masuk di STTII Bali, denpasar. Selama satu semester pertama berjalan dengan baik tanpa ada kendala. Namun pada saat semester dua, disinilah perjalanan iman saya di uji karena pihak sponsor kesulitan dalam keuangan.

Pada semester dua saya tidak bisa membayar uang kuliah karena pihak sponsor belum mengirimkan uang kuliah. Pada akhirnya saya mau tidak mau harus menghadap rektor dan dosen karena saya tidak memiliki uang untuk membayar uang kuliah saya dengan tujuan mencari sponsor. Namun karena keterbatasan sponsor yang di miliki oleh kampus, pihak STTII menyarankan saya untuk ambil cuti sambil bekerja. Akan tetapi saya tidak mau lakukan itu, saya berpikir jika saya lakuin itu sama aja Tuhan tidak bertanggung jawab atas diri saya. Kalau saya harus kembali bekerja berarti saya harus kembali lagi pada titik 0 lagi, dimana seharusnya saya sudah jadi pegawai tetap atau bahkan sudah menjadi SPV yang berarti membuang waktu saya dan kinerja saya selama ini.


Saya berdoa kepada Tuhan, kalau seandainya Tuhan tetapkan saya bekerja, seharusnya kejadian waktu itu Tuhan buka jalan bukan malah Tuhan tutup jalan. Ditengah situasi yang sulit itu, saya punya keyakinan iman jika Tuhan suruh saya diteologi maka Tuhan pasti akan sediakan segala yang saya butuhkan dalam perkuliahan saya dari uang kuliah sampai kebutuhan sehari-hari.

Pada akhirnya saya berusaha mencari chanel untuk sponsor baru dan bahkan saya melobi STT gereja saya yaitu STT satyabakthi (SATI) yang sekarang ini saya menempuh pendidikan. Puji Tuhan, keyakinan saya terjawab, pihak STT SATI memberikan saya beasiswa kerja untuk menempuh pendidikan disana. Pada akhirnya saya memutuskan pindah kampus ke STT SATI dengan meninggalkan tunggakan uang kuliah di STTII Bali, denpasar.


Secara hati saya sangat lega, namun ternyata persoalan tidak berhenti sampai disini. Pihak SATI meminta nilai transkip saya supaya saya bisa menjadi mahasiswa transfer sehingga saya tidak akan mengulang semua mata kuliah yang pernah ditempuh di STTII Bali. Jika saya tidak menyerahkan transkip nilai saya, maka saya otomatis jadi MABA dan harus mengambil semua mata kuliah termasuk yang sudah saya ambil di STTII. Pihak SATI memberikan waktu sampai pada akhir semester berjalan ketika saya pindah di SATI.

Iman saya kembali diuji, karena Transkip nilai saya tidak bisa keluar dari STTII karena saya memiliki tunggakan uang kuliah disana. Saya kembali berseru kepada Tuhan dalam doa. Saya tetap memiliki keyakinan yang sama. Saya yakin Tuhan pasti akan memenuhi segala kebutuhan saya selama saya kuliah. Saya kuliah ini karena atas kehendak Tuhan, jadi Tuhan tidak akan mungkin mempermalukan anak-NYA. Selain saya berdoa, saya jg mengirimkan surat permohonan kepada pihak gereja agar berkenan membantu saya melunaskan tunggakan uang kuliah saya di STTII. Secara finanisial saya tidak ada kemampuan untuk kuliah, karena saya dari keluarga yang tidak mampu. Orang tua saya hanya seorang pendeta biasa yang hanya cukup untuk kehidupan sehari-hari. Bahkan secara logika, bisa dikatakan minus. Karena itulah kenapa saya dulu bekerja, karena untuk membantu ekonomi keluarga saya.


Beberapa bulan kemudian surat permohonan saya mendapatkan respon dari gereja tempat saya beribadah. Pihak gereja melunaskan semua biaya tunggakan saya di STTII sehingga transkip nilai saya dapat keluar. Pada akhirnya saya masuk di SATI sebagai mahasiswa transfer.


Namun ternyata terjadi masalah lagi. Pada waktu pergantian semester genap ke ganjil, uang kuliah saya tidak dapat terbayarkan karena sponsor dari STT SATI berkurang sehingga saat batas registrasi ulang, uang kuliah semester ganjil tidak terlunasi. Saya kembali berseru kepada Tuhan. Jujur saja, saya sempat putus asa namun hati saya berkata untuk tetap percaya saja kepada Tuhan. Pada akhirnya sebelum perkuliahan di mulai, uang kuliah saya terbayarkan lunas.

Secara moral saya dibuat jantungan, karena saya tidak ada uang sama sekali. Tapi secara rohani saya dilatih untuk tetap percaya penuh kepada Tuhan. Waktu saya masih aktif bekerja, ketika saya membutuhkan sesuatu saya tinggal beli aja. Tidak cemas dan bingung karena saya ada gaji dan itu lebih dari cukup. Akan tetapi saat ini, uang dari mana. Penghasilan tidak ada, bahkan untuk uang kebutuhan sehari-hari saja saya tidak ada. Untuk sekedar beli sabun saja, saya harus berdoa dulu sama Tuhan, barulah Tuhan kirimkan berkat buat saya bisa beli sabun dan bahkan bisa beli gorengan.


Dari kisah saya ini, saya mau menarik hikmah untuk pembaca semuanya. Jangan pernah sekali-kali putus asa meskipun mungkin saat ini impianmu hancur. Berserahlah kepada Tuhan sepenuhnya. Jangan menyerah dan putus asa. Saudara, ketika impian saya hancur, mungkin orang berpikir saya akan menjalani kuliah diteologi hanya setengah-setengah atau bahkan asal-asalan. Tapi justru saya tetap melakukan totalitas dengan tetap belajar sungguh-sungguh meskipun teologi bukanlah impian saya. Saya mau buktikan ke Tuhan bahwa meskipun impian saya hancur, saya tetap berusaha melakukan yang terbaik meskipun diluar ekpetasi yang saya harapkan. IPK saya sampai semester kemarin, saya masih mendapatkan nilai IPK 3,52. Kalau saya asal-asalan dalam kuliah, mungkin IPK saya dibawah 3 atau bahkan dibawah 2. Tapi saya sungguh-sungguh dalam kuliah.

Kiranya dengan kisah saya ini menjadi inspirasi dan motivasi bagi kita smua. Meskipun impian telah hancur. Jangan pernah menyerah dan putus asa. Tetap bangkit dan lakukanlah yang terbaik maka Tuhan pasti akan buka jalan buat kita smua.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun