Kududuk termenung menatap buku tebal,
yang tergeletak disamping laptop putih,
Terik matahari panas menyengat
di tengah sejuknya pepohonan di kampus
serasa menembus pori-pori di sekujur tubuh
Butiran-butiran air membasahi kaos merah
nan melekat membingkai di kulit
Mata pedih hati perih rasapun letih
Harus bagaimana aku Tuhan
Dia yang hadir begitu cepat di hatiku
ternyata bukan untukku
Kuingin menangis tapi ku tak mampu
Jalan-jalan yang pernah kami lalui masih melekat di kalbu
Kenapa Engkau pertemukan kami
jika kami tidak akan pernah bisa bersatu
Kabar itu bagai petir di siang bolong
Beginikah PENANTIAN KU selama ini?
Haruskah aku marah padanya
yang telah menumbuhkan rasa sayang
dan kini membuatku benci
Karena dia adalah Cinta yang tak diundang
Namun jauh dalam lubang rasa
kerinduan itu tak musnah oleh waktu
Dalam ketermenunganku di tengah malam
Ku menyadari kebaikanMu Tuhan
Engkau tunjukkan kuasaMu
Bahwa dia bukan yang terbaik untukku
Kini ku hanya mampu berseru dan berserah kepadaMu
Pertemukan aku dengan dia
yang Engkau pilihkan untukku
Dalam bingkai asmara nan suci
Yogyakarta, Kamis, 12 Mei 2022
Di Gubug Atmajaya