1) Teknologi itu sarana
 Teknologi sebagai sarana dimanfaatkan untuk mencapai kompetensi. Diharapkan dengan mengunakan teknologi, pencapaian kompetensi bisa lebih cepat dan optimal.
Masalahnya, sebagian guru masih belum melek teknologi.
Dan bagusnya, setahun belakangan banyak guru yang berlomba belajar menguasai google  classroom, google meet, google form, pembuatan video, dan macam-macam lagi. Dalam waktu yang relatif singkat mereka, para guru bisa menggunakan teknologi modern tersebut.
Bahkan, sekarang sebentar-sebentar Zoom meeting, buat video pembelajaran, buat soal-soal tes di google form dan format sejenisnya. Sayang sekali, konten yang dimasukkan jauh dari harapan pembelajaran mutahir.
Pembelajaran mutahir yang banyak disebut sebagai pembelajaran abad 21 menghendaki peserta didik  berpikir tingkat tinggi, higher order thinking (hots). Sementara sajian materi pembelajaran di perangkat teknologi yang dianggap moderen tersebut justru hanya berupa tuntutan pikiran tingkat rendah, lower order thinking (lots).
Mau tidak mau, ayolah teman - teman guru, jangan puas hanya karena sudah menggunakan sarana teknologi moderen. Konten-nya juga harus diisi dengan gizi yang memadai.
Dengan begitu Pembelajaran Daring bukan merupakan Pembelajaran yang Kering.
2) Belajar itu kompetensi
Kegiatan pembelajaran itu mengejar kompetensi. Suatu kemampuan tertentu yang sudah dicanangkan dalam kurikulum itulah yang dikejar, dicapai, dan dihidupi dalam pembelajaran.
Pembelajar harus menguasai konten pembelajaran  dan juga harus mahir memanfaatkan berbagai sarana. Itu baru prasyarat untuk menolong pelajar mencapai kompetensi.  Jika itu terpenuhi, pelajar akan mudah dalam belajar.
Tentu dengan rakitan pembelajaran yang moderen dan tepat akan melecut para pelajar segera mencapai puncak keberhasilan. Dalam hal ini bukan hanya keberhasilan dari sisi kognitif saja, melainkan juga dari sisi yang lain yaitu kemampuan afektif, dan psikomotor. Â