Esensi pembelajaran adalah terjadinya komunikasi hangat antara orang dewasa dan orang yang belum dewasa. Jadi, pembelajaran harus dari hati ke hati.
Disadari atau tidak, dalam pembelajaran jarak jauh (daring) sesungguhnya ada sesuatu yang hilang. Sebab pembelajaran harus menyentuk hati dan jiwa.
Bahwa pembelajaran secara daring bisa dilakukan dengan menggunakan berbagai sarana dan teknologi moderen, itu benar. Namun, tentang pembelajaran tidak sesederhana itu.
Serius, pemanfaatan teknologi tidak serta merta membuat pembelajaran bermutu tinggi. Penggunaan teknologi harus dibarengi dengan konten yang bergizi.
Pembelajaran Daring yang memanfaatkan teknologi semacam google classroom,  google form, google meet, dan  berbagai fasilitas lain sejenis mestinya dipikirkan dengan sungguh-sungguh oleh guru. Jangan teknologinya moderen tetapi tidak berisi gizi edukasi yang memadai.
Sebagai contoh menggunakan teknologi moderen (google form) tetapi isinya cuma sekadar LKS.
Maaf, menyimpang sebentar sekadar memberi penjelasan pergeseran makna LKS.
LKS dulu, sebenarnya Lembar Kerja Siswa. Sebuah panduan kegiatan untuk mencapai tujuan pembelajaran (kompetensi). Jadi dalam LKS ada langkah-langkah ada tahapan proses yang dilalui siswa dengan penuh makna edukasi.
Namun, LKS sekarang, cenderung  berisi soal-soal ingatan (C1) saja  yang hanya mengejar hafalan. Mungkin, LKS sekarang sudah berubah kepanjangannya menjadi  LEMBAR KESENGSARAAN SISWA (LKS). Â
Lantas, kalau pembelajaran cuma begitu adanya, seberapa besar teknologi memberi manfaat bagi pelajar?