Mohon tunggu...
Imanuel  Tri
Imanuel Tri Mohon Tunggu... Guru - Membaca, merenungi, dan menghidupi dalam laku diri

di udara hanya angin yang tak berjejak kata. im.trisuyoto@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sadar Nggak Sih? Suka Duka Sekarang Buah Keputusan Tempo Dulu

16 Juni 2020   08:16 Diperbarui: 16 Juni 2020   08:30 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: diolah dari transformasi.org

Suka Dukamu Sekarang Buah Keputusanmu Dahulu, Sadar Nggak, Sih!  

Hidup kita hari ini merupakan akumulasi dari ratusan keputusan dan tindakan kita pada masa yang telah lalu. Sadar atau tak sadar terserah tetapi fakta memang  membuktikan begitu. Coba deh renungkan sebentar untuk sekadar membuktikannya.

Sedangkan akumulasi keputusan dan tindakan kita hari ini akan menentukan warna hidup kita di masa mendatang. Percaya atau tak percaya terserah saja sebab tentang itu memang setahuku tak ada aturan ataupun undang-undang. Namun, pernyataan itu dapat dibuktikan. Mau bukti? Baiklah!
 
Sekadar Pembuktian Empiris

Berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian. Bersusah-susah dahulu bersenang-senang kemudian. Adalah peribahasa yang sudah berabat-abat dipercaya di masyarakat kita. Pun banyak kejadian yang merupakan pengejawantahan dari peribahasa tersebut.

Sebut saja Pak Ben. Kisah nyata yang namanya ku samarkan.

Dulu Pak Ben secara ekonomi termasuk pas, maksudnya tidak berlebih. Pak Ben terus berjuang dengan mimpi-mimpi positif.

Ketika kehidupan mulai naik, Pak Ben ditipu orang hingga boleh dibilang habis-habisan. Tidak hanya itu, Pak Ben ditahan dan dipenjara bukan karena kesalahan tetapi karena akal-akalan sang penipu.

Pak Ben terus saja menghidupi mimpi-mimpi positifnya. Hingga suatu saat Pak Ben terbukti tidak bersalah dan di bebaskan. Pak Ben tidak segera memupus mimpi-mimpinya. Beliau terus saja bermimpi sambil berakit-rakit ke hulu.

Singkat cerita, Pak Ben sekarang telah mewujudkan mimpi-mimpinya di masa dulu.

Anak-anaknya menyelesaikan sekolah di universitas ternama di luar negeri. Bahkan anaknya ada yang menetap di luar negeri.  

Pak Ben pun sekarang menikmati hari-hari di usia tua dengan bahagia di Australi negeri yang dipilihnya.

Mau contoh lagi? Banyak sekali kalau kita mau mencari informasi. Dan, perubahan hidup tidak hanya di bidang ekonomi. Perubahan yang lebih baik akibat berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian juga terjadi di bidang yang lainnya.

Dulu si Fadli sahabat baikku, juga nama samaran dari kisah kenyataan. Dia sering kali dirundung kekhawatiran.

Uang jatah makan tunggal sedikit, ingat belum habis si Fadli ini sudah mbebeki ke sana ke mari. Khawatir besok tidak bisa makan. Padahal uangnya masih cucup untuk makan beberapa hari.

Buah mangga di jalan depan rumah, membuat si Fadli tidak tenang tidur. Tidak bisa bepergian nyaman. Sebab pikirannya tersiksa akibat kekhawatiran. Jangan-jangan mangganya di ambil orang.

Begitu pun saat malam. Bisa lima tujuh kali Fadli bangun hanya untuk mengecek kembali, apakah pintu gerbang sudah terkunci. Atau sekadar ke dapur untuk melihat jangan-jangan api kompor belum dimatikan.

Si Fadli berakit-rakit dahulu, dengan cara datang berulang-ulang pada sebuah pelatihan kehidupan. Di sana belajar menyerahkan hak sepenuhnya. Bahwa hidup ini adalah milik-Nya. Tak ada yang bisa kita khawatirkan. Pun Fadli diubahkan! Dia lulus.

Sekarang, si Fadli bisa hidup tentram. Bahkan ketika lembaran uang terakhir dalam dompet harus dia keluarkan demi tidak terjadi tindak kekerasan dengan preman jalanan, si Fadli bisa tersenyum. "Ayam yang hari ini tidak membawa pulang makanan saja percaya bahwa besok pagi bisa makan. Mengapa aku tidak bisa, bukankah aku tercipta lebih mulia dari ayam?" kata si Fadli tak khawatir seperti dulu lagi.

Jadi, sudahlah kita percayai saja bahwa keadaan hidup kita hari ini adalah akumulasi keputusan dan tindakan kita di masa lampau.

Lantas, kalau hari ini keadaan hidup kita morat-marit seperti tak berdaya apakah kita mesti menyelsal? Iya, benar ! Tetapi menyesal hanya berhenti pada kata menyesal merupakan kebodohan yang justeru akan mematikan. Sebab masa lalu tak akan pernah diperbaiki.

Dok.Pribadi. TetapNaik
Dok.Pribadi. TetapNaik
Mari berlaku bijak. Penyesalan jangan dijadikan bualan. Buatlah keputusan hari ini. Jangan lupa keputusan-keputusan hari ini harus tepat dan harus kita hidupi. Lakukan dengan ihklas penuh kejujuran demi mimpi-mimpi yang kita yakini. Jadikan pengalaman sebagai penimbang untuk mengambil keputusan.

Masa lalu merupakan pengalaman dan masa mendatang merupakan harapan bagi Anda. Jadi pertimbangkan masak-masak. Hari ini! Ya, hari ini jangan ditunda-tunda lagi.

Usia kita sudah terentang dan pasti. Kita tak dapat menambah atau mengurangi. Kita hanya bisa mengisi. Ayolah, isi dengan keputusan dan tindakan dengan sepenuh hati. Percayalah, di hari mendatang nanti, kita akan bisa tersenyum bahkan tertawa sambil bangga melihat cara kita membuat keputusan hari ini.

Ataukah kita lebih suka meratapi? Jangan!  Hidup hari ini bukan untuk diratapi. Isi saja dengan deretan keputusan brilian hari ini sebab itu akan benar-benar berarti.

Masalah  terbesarnya bukan pada keadaan hari ini yang sedang tidak berdaya. Masalahnya, kita lupa membuat keputusan dan bertindak hari ini. Jadi, buatlah keputusan dan  bertindaklah hari ini! Ingat, hari ini! @ salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun