Mohon tunggu...
Imanuel  Tri
Imanuel Tri Mohon Tunggu... Guru - Membaca, merenungi, dan menghidupi dalam laku diri

di udara hanya angin yang tak berjejak kata. im.trisuyoto@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Menimbang "Geguritan" Puisi Jawa Sekelas Puisi Indonesia

8 Juni 2020   20:48 Diperbarui: 8 Juni 2020   20:48 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok.Kompas.tv.dengan perubahan penggabungan.

Benar, dua geguritan di atas lebih kita kenal sebagai syair lagu Didi Kempot. Nah, tetapi cobalah baca dan rasakan kenimatan atara repetisi bunyi, persajakan di akhir kalimat, harmoni bahasa, dan daya bayang yang luar biasa dalam. Pantas saja ketika geguritan itu dilantunkan oleh sang pencipta yang juga penyanyi itu, penikmatnya begitu antusias-histeris.

Sebagai penutup, ada yang penulis kagumi dan belum bisa terjelaskan. Pasti para penonton pentas Didi Kempot di berbagai tempat itu ada (bisa jadi banyak) yang tidak mengerti betul bahasa Jawa. Namun, mereka terlihat ikut meneteskan air mata! Nah, itu! @ Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun