Waktu istirahat siang, sebenarnya. Namun, aku urungkan istirahatku! Â Masalahnya sepele, menunggui Pailul dan Kemplu adu argument masalah ekonomi rakyat pinggiran.
Mulanya? Entah aku kurang paham. Setahuku hanya masalah tabungan! "Sebenarnya saya juga ingin nabung, Lul. Tetapi pendapatanku sangat minim. Semua habis untuk keperluan sehari-hari. Saya tidak memiliki sisa untuk ditabung," argument Kemplu, disampaikan kepada Pailul.
"Begini, lo Plu. Masalah nabung itu jangan digantungkan pada penghasilan," Argumen Pailul terpenggal sebab dipotong oleh Kemplu.
"Lo, sampeyan itu ngayawara Lul! Nabung kok tidak dikaitkan dengan sisa penghasilan, la yang ditabung itu dari mana? Memangnya tabunganmu itu bukan dari penghasilanmu yg sudah tersisa?" ucap Kemplu dengan muka merah biru.
Pailul memahami kemarahan Kemplu tersebab oleh ketidaktahuannya. Maka, Pailul menunggu sejenak.
Setelah beberapa saat hening, barulah Pailul berargumen, menjelaskan!
"Maksudku, begini lo Plu,  Kemplu. Nabung itu kaitannya dengan keinginan masa depan. Jadi, kalau mau nabung ya nabung saja, berapapun penghasilan kita. Misalnya, penghasilan kita sepuluh ribu. Kita kepengin nabung untuk hari depan! Maka kita buat DAFTAR kebutuhan, dan daftar Nomor 1 Harus MENABUNG. Kalau kepengin menabung  seribu, ya sudah yg sembilan ribu itulah yang kita gunakan untuk harian. Kalau kita maunya nabung lima ratus, ya sudah yang sembilan ribu lima ratus itu yang kita gunakan untuk harian. Jadi kita tetap bisa nabung. Kalau MAU NABUNG, YA NABUNG SAJA!
Nabung, jangan menunggu penghasilan kita sisa. Percayalah, penghasilan kita tidak pernah sisa, sebab kita memiliki sifat manusia alam, yaitu tidak pernah cukup! Jadi kalau INGIN NABUNG YA NABUNG SAJA!"
Kemplu tampak menunduk. Entah paham atau justru ngrundel. Â Kalau aku, refleks mengangguk-angguk. Â Namun yang pasti, Pailul makin bersemangat memberi argumentasi.
"Sebenarnya, waktu yang kita miliki itu sama Plu, Kemplu, 24 jam. Tetapi ada di antara kita yang sempat setiap hari menjalankan ibadah dan ada yang tidak sempat beribadah dengan alasan sibuk, tak memiliki waktu.Â
Lo?! Kalau ibadah seperti doa dipandang sebagai asset masa depan, ya sudah semestinya doa  itu dimasukkan DAFTAR AKTIVITAS HARIAN di NOMOR 1! Ini harus, tanpa memperhitungkan volume pekerjaan atau aktivitas hari bersangkutan. Jangan menghitung ada waktu sisa atau tidak. Sempat atau tidak sempat, ya harus ibadah-doa! Nah, nabung itu ya begitu Plu, Kemplu. Bedanya, ibadah itu menuruti kehendak-Nya, sedangkan menabung itu melatih diri berdisiplin."
Selesai berargumen begitu, Pailul terus nggeloyor pergi tanpa menyeruput teh!
 Entah apa yang ada dipikirannya. Kemplu juga ikut pergi begitu saja.Â
Memang gua pikirin?! @aku.juga.menggeloyorpergiÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H