Mohon tunggu...
Imanuel Lopis
Imanuel Lopis Mohon Tunggu... Petani - Petani

Petani tradisional, hobi menulis.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

Cerita Jelang Natal dari Kota Soe NTT

22 Desember 2024   19:22 Diperbarui: 24 Desember 2024   14:07 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir pekan, Sabtu (21/12/2024), cuaca di pagi hari cerah berawan. Hari yang cerah setelah 20 hari lebih wilayah kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) di Nusa Tenggara Timur (NTT) ini terus diguyur hujan setiap hari.

Pagi ini saya akan ke Kota Soe, ibu kota kabupaten yang berjarak 27 km, untuk membeli beberapa kebutuhan. Dari tempat tinggal di Kecamatan Amanuban Tengah, saya sengaja menggunakan bus Antar Kota dalam Propinsi (AKDP) yang datang dari Kota Kefa menuju Kota Kupang.

Bus berkapasitas 24 penumpang ini lumayan penuh dengan penumpang karena sudah mulai liburan natal. Sebagian kami penumpang cuma berdiri dalam bus atau dekat pintu.

Sekitar 30 menit perjalanan, bus mulai masuk Kota Soe. Sekelompok pemuda yang bergerombol di tepi jalan hendak menumpang ke Kota Kupang. Bus sudah penuh dan kondektur menawarkan mereka untuk duduk saja di atas atap/bagasi dan mereka pun tidak jadi menumpang.

Bus terus melaju di jalan raya trans Timor nan ramai lancar yang melintasi Kota Soe. Di beberapa pintu rumah warga, ruko dan gereja terlihat hiasan-hiasan dengan ornamen natal. Ada beberapa posko pengamanan dari kepolisian yang berada dekat ruas jalan raya.

Tidak lama kemudian saya turun di sebuah kawasan pertokoan di Kota Soe. Wow, di sebuah toko berlantai 3 yang merupakan pusat penjualan aneka fashion sangat ramai pengunjung. Parkiran penuh dengan sepeda motor hingga cuma menyisakan sepetak akses jalan ke dalam toko. 

Aneka pakaian tersedia cukup lengkap dengan harga murah meriah. Ibu-ibu dan anak-anak kebanyakan memadati toko ini untuk membeli pakaian. Mereka keluar dari dalam toko dengan membawa berkantong-kantong belanjaan.

Sekitar 1 Km dari pertokoan terdapat pasar tradisional terbesar di kabupaten berpenduduk 400 ribu lebih jiwa ini. Jalan raya di depan pasar padat dengan sepeda motor dan angkutan kota/pedesaan. 

Di sepanjang trotoar di depan pasar juga berjejer lapak-lapak musiman yang menjual aneka petasan/kembang api seharga seribuan hingga ratusan ribu. Seorang penjual petasan membawa jualannya itu sambil menawar-nawarkan ke pengunjung pasar. 

Di emper bangunan utama pasar berjejer beberapa lapak yang menjual hiasan-hiasan natal seperti bunga-bunga plastik, lampu hias, dan aneka ornamen lain. 

Dalam bangunan utama pasar terdapat beberapa kios yang salah satunya adalah salon kecantikan. Sekilas saya menoleh ke salon, beberapa perempuan muda tampak duduk di kursi dengan rambut terurai kaku dan lembab.

Beberapa perempuan lain masih duduk di kursi untuk mendapat perawatan rambut. Aroma bahan perawatan rambut cukup tajam dan menyebar di sekitarnya.

Sejumlah salon kecantikan di sekitar pasar juga sibuk melayani perawatan rambut pelanggannya. Yah! Perawatan rambut seperti itu kami sebut sebagai "tarik rambut" untuk meluruskan rambut keriting.

Suasana ramai juga terjadi di area penjualan pakaian. Para pengunjung pasar mengerumuni kios-kios dan lapak-lapak untuk mencari pakaian idaman. 

Suasana pasar di Soe, NTT, dengan aktivitas jual beli pakaian. Gambar: dokumentasi Imanuel Lopis.
Suasana pasar di Soe, NTT, dengan aktivitas jual beli pakaian. Gambar: dokumentasi Imanuel Lopis.

Pengunjung kebanyakan ibu-ibu dan anak-anak. Satu ibu bisa membawa dua hingga tiga anaknya untuk membelikan mereka pakaian baru. Ada anak yang sumringah dengan pakaian barunya dan ada yang ngambek karena model pakaiannya tidak cocok.

Berburu pakaian baru di pasar merupakan pemandangan klasik jelang perayaan Natal. Walaupun sekarang sudah hadir toko-toko fashion dan toko online, sebagian masyarakat masih mencari pakaian di pasar tradisional. 

Sementara itu kios-kios sembako tidak terlalu ramai pembeli. Dua ibu terdengar mengobrol tentang kenaikan harga sembako seperti minyak goreng dan telur.

Aktivitas jual beli di pasar dan toko-toko di Kota Soe terus bergulir sepanjang hari. Angkutan -angkutan pedesaan dari kota kabupaten ke kampung-kampung penuh dengan penumpang dengan barang-barang bawaan. Ada penumpang yang baru pulang belanja di kota untuk keperluan perayaan Natal dan ada penumpang yang hendak pulang ke kampungnya untuk merayakan Natal bersama keluarga.

Inilah sebuah cerita jelang Natal dari Kota Soe, NTT. Membeli pakaian baru jelang Natal merupakan sebuah tradisi warga beragama Kristen yang mayoritas di daerah ini. 

Pakaian baru menjadi kado Natal dari orang tua untuk anaknya. Memakai pakaian baru saat perayaan Natal juga menjadi kebahagiaan tersendiri bagi pemakainya. 

Soal penampilan, beberapa perempuan berambut keriting biasanya ke salon untuk meluruskan rambutnya agar tampil keren. Itulah sebabnya salon kecantikan biasanya ramai pengunjung jelang Natal untuk perawatan rambut. 

Interior rumah sering dihiasi dengan ornamen-ornamen baik buatan tangan atau buatan pabrikan untuk menyemarakan perayaan Natal bersama keluarga. 

Salah satu kebiasaan anak-anak jelang Natal yaitu bermain petasan/kembang api. Sejak awal Desember penjualan petasan kembang api sudah menjamur di mana-mana. Ada anak-anak yang membuat sendiri bunyi-bunyian menggunakan pipa sebagai "meriam" berbahan bakar minyak tanah atau sepritus. 

Permainan bunyi-bunyian tersebut mengganggu ketenangan masyarakat namun dibiarkan saja oleh pemerintah dan para orang tua.

Selamat menyambut dan merayakan Natal. Semoga damai selalu melingkupi Indonesia. Syalom!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun