Hari Rabu (14/2/2014), waktu hampir pukul 07.00 WITA. Saya tergesa-gesa mempersiapkan diri ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang tak jauh dari rumah kami. TPS 02 di Desa Maunum, Kecamatan Amanuban Tengah, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur, rupanya masih sepi.
Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) masih mengecek surat suara yang ada dalam kotak. Belum ada pelayanan pendaftaran pemilih dan kami harus menunggu sebentar.
Tidak lama kemudian petugas Linmas mengarahkan kami masuk ke salah satu ruang kelas SDN Niki-niki IV yang merupakan ruang tunggu TPS. Dua jam lebih kami masyarakat pemilih duduk menunggu namun pendaftaran pemilih belum mulai.
Kami pun bosan menunggu, sebal dan mengomel-ngomel karena pencoblosan belum mulai. Sementara itu pemilih lain terus berdatangan dan harus menunggu pula untuk memberikan suara dalam Pemilu.
Dari omongan yang terdengar di TPS bahwa KPPS masih menunggu Daftar Pemilih Tetap (DPT) dari salah satu panitia penyelenggara. DPT tersebut merupakan salah satu pegangan dalam menerima pendaftaran pemilih.
Panitia pemilihan kemudian menelepon-nelpon untuk mencari sang panitia pembawa DPT yang entah ke mana. Beberapa saat kemudian pembawa DPT pun muncul ke TPS lalu pergi dan kembali lagi dengan berkas-berkas.
Saya dan beberapa pemilih bercanda bahwa seandainya keterlambatan pencoblosan ini menjadi bahan gugatan di Mahkamah Konstitusi (MK), kami harus siap jadi saksi. Enak dong jadi saksi di MK apalagi kalau soal Pilpres.
Kalau jadi saksi di MK bisa muncul di media massa dengan wajah lugu dan kocak dari kampung. Bolehlah jadi saksi di MK asal tiket pesawat, penginapan dan makan/minum gratis. Sekalian kami orang kampung ini bisa punya pengalaman pertama naik pesawat dan tidur di hotel.
By the way, sudah lewat pukul 09.00 WITA barulah pendaftaran pemilih mulai. Kami bergegas menyerbu panitia pendaftar dengan membawa surat undangan dan KTP.
Masyarakat pemilih yang sudah lama menanti pun tidak antri lagi namun berdesak-desakan untuk menyerahkan surat undangan dan KTP. Setelah menyerahkan surat undangan kami kembali menunggu panggilan untuk ke ruang pencoblosan.