Mohon tunggu...
Imanuel Lopis
Imanuel Lopis Mohon Tunggu... Petani - Petani

Petani tradisional, hobi menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Caleg Minta Dukungan Suara dengan Selembar Uang

1 Februari 2024   19:20 Diperbarui: 2 Februari 2024   05:46 748
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi uang dalam oko mama atau wadah untuk menaruh sirih dan pinang. Gambar: dokumentasi Imanuel Lopis.

Beberapa hari lalu seorang Caleg berkampanye di Desa Maunum, Kecamatan Amanuban Tengah, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur. Kampanye berupa pertemuan terbatas dengan perwakilan warga dari sekitar 10 kepala keluarga.

Dalam kampanye tersebut juru bicara dari sang Caleg meletakkan selembar uang Rp 100.000 dalam oko mama (tempat sirih & pinang) di hadapan warga. Setelah itu dia mulai meminta dukungan dari warga untuk Caleg bersangkutan dengan tuturan adat dalam bahasa daerah (Uab Meto).

Sesudah juru bicara bertutur, tuan rumah tempat kampanye lalu membalasnya dengan sepatah kata sebagai tanda menerima permintaan tersebut. Sang tuan rumah kemudian mengambil uang dalam oko mama dan prosesi adat nan singkat pun selesai.

Orang yang mengambil uang tersebut kemudian menukarnya dalam recehan dan membagi-bagikan kepada perwakilan warga yang hadir, Rp 10.000 per orang.

Pembagian uang tersebut agar tiap warga yang hadir dapat terikat dan bertanggungjawab untuk memberikan suaranya saat Pemilu.

Permintaan dukungan suara dari masyarakat tidak hanya berupa kampanye rapat terbatas dengan kelompok masyarakat. Ada Caleg yang melakukannya dengan door to door untuk langsung meminta dukungan per rumah/kepala keluarga.

Sebelumnya seorang Caleg mendatangi rumah kami dan secara adat meminta dukungan suara. Dia meletakan buah sirih, pinang dan selembar uang Rp 5.000 dalam oko mama kemudian melontarkan tuturan adat untuk meminta dukungan suara.

Yah itulah pemandangan lazim di kalangan orang Timor dalam masa kampanye Pemilu yang tengah berlangsung. Para Caleg sedang gencar menemui masyarakat per rumah atau per kelompok masyarakat untuk menggalang dukungan lewat oko mama berisi uang.

Meminta sesuatu atau dukungan dalam Pemilu dengan meletakan uang dalam oko mama dan tuturan adat merupakan tradisi suku Atoin Meto. 

Tradisi tersebut memiliki beberapa sebutan seperti tek loit, oko mama, noin solo atau noin solo ma tua boit mese. Tek loit artinya meletakan uang sedangkan sebutan oko mama karena peletakan uang dalam wadah oko mama.

Sebutan noin solo artinya uang seperak atau noin solo ma tua boit mese artinya uang seperak dan sopi sebotol. Dahulu dalam proses pernikahan di Timor, keluarga laki-laki membawa uang 1 perak dan sopi 1 botol menemui keluarga perempuan. Lewat uang seperak dan sopi sebotol kemudian kedua keluarga membicarakan proses-proses pernikahan selanjutnya.

Tradisi noin solo dan tua boit mese masih berlangsung dalam proses pernikahan di masa kini dan berkembang ke ranah politik. Itulah sebabnya para Caleg saat menemui masyarakat untuk meminta dukungan selalu meletakan selembar uang dalam oko mama. Dalam pertemuan Caleg dengan sekelompok masyarakat kadang juga membawa sebotol bahkan beberapa botol sopi.

Kebiasaan meminta sesuatu kepada orang lain dengan meletakan uang dalam oko mama lalu bertutur merupakan sebuah kesopansantunan dan penghormatan. Orang pun akan lebih tergerak untuk memenuhi permintaan yang secara adat tersebut.

Nilai uang dalam tradisi ini tidak menjadi ukuran karena hanya sebagai simbol. Itulah sebabnya pada zaman dahulu orang di Timor menggunakan noin solo (uang 1 perak) yang merupakan mata uang dengan nominal terkecil.

Seiring perkembangan mata uang rupiah, noin solo masih menggunakan mata uang dengan nominal kecil. Misalnya pada tahun 90-an, menggunakan uang pecahan Rp 100 bergambar perahu pinisi atau uang Rp 500 bergambar gorila. Pada zaman sekarang kebanyakan orang di Timor rata-rata menggunakan uang pecahan Rp 5.000 atau Rp 10.000 untuk meletakan uang dalam oko mama.

Tradisi noin solo dalam kampanye Pemilu kadang mengalami pergeseran menjadi "politik uang". Misalnya seorang Caleg meletakan uang Rp 5.000 dalam oko mama untuk meminta dukungan kepada seseorang warga. Setelah itu si warga menggerutu karena uang dari Caleg tidak seberapa, maunya Rp 50.000 atau Rp 100.000 sehingga bisa berbelanja.

Ada juga Caleg yang memilih untuk menggunakan uang pecahan Rp 50.000 atau Rp 100.000 dalam oko mama saat meminta dukungan kepada masyarakat. Besaran uangnya demikian agar bisa meluluhkan hati seseorang untuk memberikan suara kepada sang Caleg saat pencoblosan.

Sebagian besar dari kami orang Timor khususnya di Kabupaten Timor Tengah Selatan merupakan warga miskin bahkan miskin ekstrem. Jika Caleg meletakan uang Rp 5.000 dalam oko mama untuk meminta dukungan, orang tidak akan tergiur karena nominal uang tidak seberapa. Kalau nanti suaranya untuk Caleg bersangkutan, hal tersebut bukan karena faktor uang.

Apabila Caleg meletakan uang sebesar Rp 50.000 dalam oko mama untuk meminta dukungan, seseorang bisa tergiur untuk mendukung. Caleg pilihan dari seseorang bisa saja berubah juga hanya lantaran besarnya uang dalam oko mama. Uang sebesar itu cukup lumayan bagi kami yang miskin untuk membeli beras, sembako, dll.

Jika Caleg meletakan uang Rp 50.000 atau Rp 100.000 namun untuk sekelompok orang, nominalnya akan jadi recehan karena uang tersebut untuk sejumlah orang yang hadir. Uang yang kemudian menjadi recehan ini sudah tidak menggoda masyarakat untuk memberikan suara kepada Caleg. Masyarakat akan memberikan suara saat pencoblosan karena faktor-faktor lain bukan uang.

Semoga para Caleg yang meletakan selembar uang dalam oko mama sebagai tradisi meminta dukungan secara adat namun bukan untuk "membeli suara".

Semoga kami masyarakat pemilih memilih seorang Caleg karena kualitasnya bukan karena besaran uang dalam oko mama. Selamat menantikan Pemilu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun