Semakin menuju puncak kemarau, sumber-sumber mata air akan semakin turun bahkan kering. Setiap orang akan berusaha keras mendapatkan air dari sumber air yang ada atau membeli dari penjual.Â
Air bersih di musim kemarau saat ini menjadi persoalan di berbagai daerah yang mengalami kekeringan. Salah satu cara menghadapi kekeringan adalah bijak menggunakan air dalam berbagai keperluan.
Berdasarkan pengalaman saya selama menghadapi kekeringan termasuk kekeringan panjang (el Nino), bijak menggunakan air sebagai berikut.
Pertama, mengambil air seperlunya bukan secara panik. Pada musim kemarau setiap orang dalam suatu tempat akan berlomba-lomba mengambil air dari sumber air yang ada.Â
Sekumpulan orang yang mengambil air secara panik dan besar-besaran akan membuat air habis dalam sekejap. Bisa saja ada orang yang mengambil air lebih banyak dan lainnya cuma mendapat sedikit air bahkan tidak kebagian air sama sekali.
Mengambil air di sumber air umum pada musim kemarau sebaiknya seperlunya saja agar semua orang juga mendapat air. Kalau sejumlah orang yang hendak mengambil air secara bersamaan hendaknya mengatur antrian agar semua orang mendapat air secara adil.
Kedua, menampung air limbah untuk tanaman. Di masa kekeringan air bersih untuk urusan minum, mandi atau cuci saja sulit apalagi menyiram tanaman peliharaan.
Salah satu siasat untuk menyiram tanaman adalah dengan menampung air limbah sisa cucian seperti air sisa cuci beras atau sayuran. Air tersebut kemudian kita bisa gunakan untuk menyiram tanaman.
Air sisa bilasan cuci piring atau pakaian pun bisa juga untuk menyiram tanaman seperti bunga. Seorang ibu pernah bercerita bahwa saat musim kemarau mereka mandi dengan berdiri dalam wadah bokor besar. Air limbah mandi tertampung dalam bokor dan mereka gunakan untuk menyiram bunga.
Ketiga, sekali gunakan air untuk dua hal sekaligus. Saat ini walau sumber air kami masih stabil namun saya mulai membiasakan diri untuk sikat gigi atau basuh wajah di area tanaman sirih. Air dari sikat gigi atau basuh wajah kemudian langsung menyiram tanaman sirih.
Hal yang sama juga saat saya mengasah parang di area tanaman sirih sehingga air bilasan atau percikan saat asah parang langsung meresap ke tanaman sirih.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya