Koa tidak hanya sebagai ekspresi perasaan namun juga sebagai cara berkomunikasi seseorang dengan orang lain. Ketika hendak memanggil orang lain yang dalam jarak agak jauh dari belasan hingga ratusan meter, seseorang kerap melakukannya dengan koa.
Koa untuk memanggil orang lain biasanya dengan menyebut juga nama atau sebutan orang dan maksud panggilan. Misalnya, memanggil kakak untuk kemari, "Aue tat, ait om" (artinya: Aue kakak, kemari).
Semakin jauh jarak antar orang semakin kencang pula suara koa. Memanggil dengan koa dalam jarak ratusan meter misalnya memanggil orang yang ada di kampung sebelah, kebun, dll. Suara koa akan lebih jelas jika orang yang koa berada di tempat yang lebih tinggi seperti perbukitan.
Koa untuk komunikasi jarak jauh karena tidak adanya handphone untuk memanggil orang lain. Dahulu di awal kemunculan handphone, istilah miscall memiliki plesetan mis-koa.Â
Seseorang biasanya memberi tanda kepada orang lain dengan miscall ke handphone orang lain. Akibat tidak ada handphone orang hanya koa alias mis-koa.
Di daerah pedesaan, setiap kali ada kerja bakti atau kegiatan gotong royong, aparat pemerintah seperti Ketua RT atau anggota Linmas memberitahukan warga dengan koa. Berteriak di tempat atau berjalan keliling kampung sambil berteriak koa dan memberitahukan informasinya kepada warga.
Bagi orang yang sudah saling kenal dan akrab, koa kerap menjadi bagian dari sapa-menyapa. Misalnya seseorang koa saat melihat temannya melintas di depan rumahnya. Tidak hanya sekedar koa tapi kemudian bertanya mau ke mana dan mengobrol lainnya.
Demikianlah sekilas ulasan tentang teriakan koa oleh masyarakat di Timor dalam kehidupan sehari-hari. Semoga menjadi bacaan yang bermanfaat seputar kehidupan sosial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H