Mohon tunggu...
Imanuel Lopis
Imanuel Lopis Mohon Tunggu... Petani - Petani

Petani tradisional, hobi menulis.

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Warnet dalam Kenangan

9 Juli 2023   19:00 Diperbarui: 11 Juli 2023   18:40 843
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sabtu (8/7/2023), Jalan Diponegoro di Kota Soe, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Propinsi Nusa Teggara Timur, tampak lengang. Hari sudah sore, saya hanya berdiri di atas trotoar dan memandang ke seberang jalan trans Timor ini.

Di seberang jalan sana ada sebuah warnet yang sedang buka namun sepi. Terlihat dua pintu lipat khas ruko sedang tersingkap ke dua sisi pintu nan lebar. Ada dua baris bilik dalam  warnet dengan lima bilik di kiri dan lima bilik di kanan yang saling berhadapan. 

Di dekat sebelah kanan pintu ada tempat duduk admin atau penjaga warnet. Monitor komputer di depannya dan printer hitam dengan tinta infus di samping.

Hmmmm! Warnet ini rupanya masih bertahan juga sementara warnet lainnya sudah tidak beroperasi lagi. Beberapa tahun lalu, saya sering mampir ke warnet ini untuk sekedar berseluncur di Facebook atau Youtube. Rupanya tampilan warnet masih seperti dulu dan tidak ada perubahan.  

Dulu kalau mau main ke sini, saat memasuki pintu warnet saya hanya mengatakan "hallo" ke sang penjaga. Dia sudah tahu kalau saya mau internetan dan langsung memberitahukan nomor bilik atau kamar yang kosong. Sering juga penjaga mengatakan "full" karena pengunjung menggunakan semua bilik yang ada. Jika penuh, saya harus menunggu hingga ada yang selesai internetan dari dalam bilik barulah masuk.

Warnet ini merupakan favorit saya untuk berseluncur di dunia maya karena tempatnya nyaman. Selain itu perangkat komputer lumayan bagus dan koneksi internetnya juga lancar.  

Ilustrasi layar komputer. Gambar: istockphoto.com
Ilustrasi layar komputer. Gambar: istockphoto.com

Ada 10 bilik internet di warnet ini dalam dua baris dengan 5 bilik di sebelah kiri dan 5 di kanan. Bilik-bilik tersebut terbuat dari multiplek dengan ukuran sekitar 1x1 meter dan tingginya cuma separuh dari tembok bangunannya.

Di dalam bilik ada meja komputer dengan 1 monitor LCD dan mouse di atasnya. Keyboard komputer ada di laci kecil di bawah meja dan bisa menariknya keluar masuk. Sementara boks CPU dan sebuah baterai UPS berada di kolong meja. Tempat duduk di warnet ini berupa kursi plastik dengan sandaran.

Perangkat komputer di semua bilik terhubung dalam satu jaringan melalui kabel.    
Menggunakan perangkat komputer cukup dengan mengklik tombol log in pada kotak billing dan menuliskan nama lalu mengklik untuk masuk. 

Menu komputer yang zaman itu masih Windows XP atau Windows 7 kemudian terpampang di layar monitor dan tinggal membuka Mozila untuk mengakses internet. Terdapat sebuah kotak billing yang tampil di monitor  dengan durasi waktu dan tarif internet. Durasi bertambah, biaya juga bertambah secara otomatis.  

Lubang untuk mencolok kabel USB/flash disk dan earphone ada di bagian depan CPU. Port colokan di CPU kadang sudah longgar sehingga komputer tidak membaca sebuah media penyimpanan data. Jika demikian saya biasanya mencari lubang USB di belakang CPU untuk mencolok kabel atau flash disk.  

Semula di warnet ini juga menyediakan headphone untuk mendengar musik dan lainnya. Ketika tidak tersedia lagi, saya sering membawa earphone sendiri dari rumah.

Saya dulu untuk mengunggah video ke Youtube juga di warnet ini. Mengedit video pendek di bawah durasi 5 menit dengan aplikasi bawaan Windows. Kualitas video cuma pas-pasan dan tidak bisa yang berdurasi panjang karena komputer tidak mampu memprosesnya.

Apabila ada kendala teknis harus melapor ke penjaga warnet agar menyelesaikannya. Kalau hendak mencetak dokumen hasil unduhan atau ketikan juga harus memberitahukan si panjaga. Dialah yang akan membuka dokumen untuk print dari komputer admin.

Penjaga warnetnya beberapa karyawan tetap dan kadang ada anak-anak magang dari SMK jurusan komputer. Bos warnet yang seorang laki-laki paruh baya juga selalu turun langsung menjaga warnetnya.

Jika hendak berhenti internetan tinggal mengklik stop yang ada dalam kotak yang menampilkan durasi tersebut. Ketika mengkliknya akan berdering nada seperti telepon di komputer  admin. Dia akan tahu kalau ada yang sudah selesai internetan dan harus bayar.

Tarif internet per jam yakni Rp 4.000 dan ada paket dengan tarif Rp 10.000 untuk tiga jam. Saya rata-rata habiskan waktu 1 jam dalam warnet dan pernah sampai 5 jam.    

Keasyikan internetan kadang membuat saya lupa waktu. Saat masuk ke warnet masih siang terang namun begitu keluar ternyata sudah malam. Mata perih dan punggung pegal karena kelamaan duduk di depan komputer.  

Inilah sekilas cerita tentang warnet. Oh ya, bagi generasi sekarang yang tidak mengetahuinya, warnet merupakan akronim dari warung internet. Sebuah tempat usaha yang menyediakan layanan internet.

Dalam warnet sudah ada perangkat komputer dengan koneksi internet dan kita tinggal menggunakannya. Zaman dulu orang banyak yang belum memiliki handphone android seperti sekarang sehingga harus ke warnet untuk internetan.

Sewaktu melihat warnet ini rasanya saya ingin masuk ke sana untuk mengakses internet. Ah! Saya punya smartphone sendiri dengan kualitas yang lebih praktis dan canggih dari komputer lawas dalam urusan internet.

Di Kota Soe, warnet ini yang masih tersisa. Beberapa kali saya lihat selalu sepi dan tidak seramai dulu. Tidak ada pengunjung yang nongkrong di emper, tidak ada sepeda motor pengunjung yang biasa banyak parkir di halamannya.  

Delapan warnet di Kota Soe yang dulu saya pernah kunjungi sekarang sudah tutup atau beralih fungsi. Waktu menengok salah satu warnet lainnya, di depannya sudah berubah nama menjadi studio mini. Bilik-bilik internet sudah tergantikan dengan etalase dagangan makanan dan minuman ringan.

Teknologi komunikasi saat ini terus berkembang pesat. Telepon genggam nan canggih ramai beredar di pasaran dengan harga murah meriah. Jaringan seluler sudah beralih ke  teknologi 4G dan menjangkau daerah pedalaman. Jaringan internet dalam kabel fiber optik dengan kecepatan internet yang kencang juga sudah sampai daerah-daerah.

Setiap orang sudah menggenggam smartphone di tangan dan selalu menempel di badan. Dari balita hingga lansia, dari orang kampung hingga orang kota kebanyakan sudah memiliki gawai pintar.

Mengakses internet bisa kapan saja, entah saat tidur atau saat sedang berjalan. Berseluncur di dunia maya bisa di mana saja dan kapan saja tanpa harus ke warnet. Hanya menggunakan jaringan seluler, jaringan wifi di rumah sendiri atau jaringan wifi di tempat umum yang tersedia gratis.

Warnet sepi, sudah tutup dan akan tutup hingga benar-benar musnah dari muka bumi ini. Warnet hanya menjadi sejarah dari teknologi dan kenangan bagi kita yang pernah menggunakannya.          
     

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun