Mohon tunggu...
Imanuel Lopis
Imanuel Lopis Mohon Tunggu... Petani - Petani

Petani tradisional, hobi menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tradisi Baru dalam Pesta Nikah di Timor

28 Juni 2023   18:31 Diperbarui: 28 Juni 2023   18:34 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi foto prewedding. Gambar: shutterstock.com

Pesta pernikahan merupakan sebuah perhelatan yang selalu ada di tengah keseharian masyarakat. Secara umum acara pernikahan sering meliputi prosesi secara adat, agama dan pemerintahan. Setelah itu berlanjut dengan resepsi pernikahan seperti ramah tamah, jamuan dan hiburan musik.

Di Timor, khususnya di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur, prosesi pernikahan pun demikian. Peminangan secara adat, peneguhan pernikahan secara agama dan pemerintahan. Acara resepsi setelah itu bersama para undangan, jamuan makan dan hiburan seperti berdansa dari malam sampai pagi hari.

Pesta pernikahan di Timor secara umum berkutat seputar tahapan-tahapan tersebut sejak dahulu hingga sekarang. Kendati demikian dalam amatan saya di masyarakat kelas menengah ke bawah, secara spesifik ada beberapa kebiasan atau tradisi baru yang muncul dalam penyelengaraan pesta pernikahan sejak beberapa tahun terakhir ini.

Pertama, tenda instan. Tenda merupakan perlengkapan vital dalam penyelenggaraan sebuah pesta. Pendirian tenda selalu terlebih dahulu sebelum pesta mulai terlebih untuk pesta di halaman rumah atau ruang terbuka.

Di kalangan suku Atoni atau Dawan di Timor, saat mengundang orang lain untuk pesta pernikahan sering secara adat menggunakan oko mama seperti dalam artikel sebelumnya Undangan Lisan Pesta Nikah di Timor. Biasanya sekaligus mengundang orang tersebut untuk bergotong-royong mengerjakan tenda pesta di rumah mempelai perempuan.

Mendirikan tenda tersebut namanya oben boen no atau boen no (menutup atap tenda dengan daun enau). Pada zaman dahulu orang membuat atap tenda pesta dari daun bone atau enau sehingga namanya oben boen no atau boen no.

Dalam perjalanannya kemudian pohon enau terbatas sehingga orang lebih menggunakan daun kelapa yang melimpah sebagai atap tenda pesta. Daun kelapa juga menjadi dinding dari tenda tersebut. Orang kemudian menggunakan terpal plastik sebagai atap tenda agar lebih praktis.

Saat tiba jadwal untuk mendirikan tenda untuk pernikahan, orang bergotong-royong selama satu atau dua hari untuk membangun tenda. Mulai dari tenda untuk tamu di depan rumah hingga tenda untuk tempat memasak di belakang. Pihak keluarga mempelai laki-laki yang biasanya membawa material tenda seperti kayu, bambu, terpal, daun kelapa dan tali pengikatnya.

Kebiasaan boen no akhir-akhir ini sudah perlahan berubah. Mendirikan tenda untuk pesta sudah menggunakan tenda instan yang tuan pesta sewa. Tenda dengan rangka besi tersebut bersifat bongkar pasang sehingga mudah memasangnya dalam waktu yang singkat dengan tenaga kerja yang sedikit.

Dalam beberapa pesta pernikahan, tuan pesta tidak lagi mengundang orang banyak untuk bergotong-royong mendirikan tenda. Mereka sudah menyewa tenda dan penyedia jasa tenda yang akan sendiri memasangnya. Palingan beberapa kerabat dekat sang tuan pesta yang membangun tenda untuk tempat memasak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun