Mohon tunggu...
Imanuel Lopis
Imanuel Lopis Mohon Tunggu... Petani - Petani

Petani tradisional, hobi menulis.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Serunya Anak-Anak di Kampung Mengisi Liburan dengan Berkebun

26 Juni 2023   04:11 Diperbarui: 26 Juni 2023   13:41 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak-anak sedang menggemburkan tanah di kebun sambil mencari ubi jalar. (Gambar: dokumentasi Imanuel Lopis.)

Pada hari Minggu (25/6/2023) sore pukul 15.00 Wita, saya jalan-jalan ke kebun salah satu kerabat kami, Om Mika. Kebun terletak di pinggiran Desa Maunum Niki-niki, Kecamatan Amanuban Tengah, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur.

Di samping kebun tersebut terbentang sungai Noefatu dengan aliran air yang masih cukup banyak. Pada pertengahan musim kemarau air sungai akan berkurang hingga kering.

Memanfaatkan air sungai yang masih tersedia, beberapa kepala keluarga yang masih berkerabat bersama-sama menanam sayuran dalam satu kebun ini di tiap petaknya. Ada yang menanam pakcoy, petcai kumbang, kangkung, bayam, bawang, kol, terong, dll.

Tidak hanya para orangtua yang bekerja namun anak-anak juga turut membantu menanam dan menyiram sayur. Liburan sekolah saat ini membuat anak-anak lebih leluasa lagi untuk membantu orangtuanya bekerja di kebun.

Saya bercerita dengan Om Mika sambil melihat-lihat sekitar kebun. Desi, anak perempuannya sedang sibuk menyiram tanaman sawi jenis pakcoy. Tanpa banyak kata Desi bolak-balik mengambil air dari lubang penampung di ujung bedeng. Mengambil air dengan gayung penyiram dan mengguyur semua barisan sayur dalam bedeng.

Desi baru saja tamat SD dan sudah mendaftar untuk melanjutkan pendidikannya ke SMP. Waktu libur sekolah ini dia manfaatkan untuk menanam sayur di kebun.

Kata ibunya, Desi menanam sayur agar mendapat uang tambahan sebagai biaya transportasi saat sudah masuk sekolah. Biaya pergi pulang sekolah setiap hari Rp10.000, belum lagi untuk jajan. Dua sayur petcai kumbang saja dapat menutupi ongkos ojek untuk sehari.

Saat tengah bercerita tiba-tiba ada dua ibu-ibu dari kampung sebelah yang muncul dan hendak membeli sayur. Mereka membawa pulang beberapa ikat kangkung dengan harga per ikat Rp5.000.

Sehabis menyiram sayur, Desi beranjak membantu kakak laki-lakinya yang sementara mencangkul tanah. Desi hanya menggemburkan tanah dengan parang sekaligus mencari umbi ubi jalar di dalam tanah untuk membakarnya.

Tidak lama kemudian terdengar suara anak-anak berisik dari kejauhan. Ternyata Febi, Irma, adik perempuan dan ibunya yang datang. Mereka juga datang untuk menyiram tanaman sayur mereka di kebun ini. Febi dan Irma langsung bergabung dengan Desi untuk mencari ubi jalar juga.

Setelah menggali ubi jalar, Febi dan Irma menyusul ibunya untuk membantu menyiram sayur. Bedengan sayur mereka hanya beberapa langkah dari sungai sehingga mengambil air secara langsung tanpa membuat saluran air.

Febi siram sayur. (Gambar: dokumentasi Imanuel Lopis.)
Febi siram sayur. (Gambar: dokumentasi Imanuel Lopis.)

Febi dan Irma yang masih SD ini dengan gesit menyirami kangkung dan sawi yang umurnya baru beberapa hari tanam. Masing-masing menangani satu bedeng panjang sementara sang ibu beristirahat sejenak.

Sementara itu, Dela bocah perempuan yang juga masih SD sedang duduk di perapian menanti matangnya ubi jalar. Ibunya sedang mengurus tanaman sayur mereka di bedengan.

Selang beberapa menit muncul dari balik semak sepasang anak kembar, Marvin dan Marven serta adiknya. Mereka sudah datang ke kebun sejak tadi untuk menyiram sayur juga namun masih pergi ke sungai untuk berburu ikan.

Marvin dan Marven sudah kelas empat SD. Salah satunya tinggal bersama kakek dan neneknya di pedalaman. Saat ini liburan sekolah sehingga dia datang berlibur ke bapak dan ibunya.

Marvin dan Marven menyiram sayur. (Gambar: dokumentasi Imanuel Lopis.)
Marvin dan Marven menyiram sayur. (Gambar: dokumentasi Imanuel Lopis.)

Kedua bocil kembar ini lalu berbagi tugas dalam menyiram sayur. Salah satu mengambil air di lubang penampung dengan ember kecil sedangkan yang satunya menyiram sayur. 

Adik mereka yang masih lebih kecil hanya berdiri dan menonton saja. Dalam sekejap tanaman sayur mereka yang tidak terlalu banyak basah dengan guyuran air.

Anak-anak berenang di sungai setelah menyiram sayur. (Gambar: dokumentasi Imanuel Lopis.)
Anak-anak berenang di sungai setelah menyiram sayur. (Gambar: dokumentasi Imanuel Lopis.)

Selesai menyiram sayur, ketiganya menuju ke sungai dan langsung nyebur ke dalam genangan air jernih yang dangkal ini. Berenang, menyelam, dan bermain air hingga sepuasnya.

Inilah sekilas potret anak-anak di kampung dalam mengisi waktu liburan sekolah. Mereka tidak memiliki gawai untuk menghabiskan waktu dengan bermain game atau jalan-jalan ke tempat hiburan seperti dunia fantasi.

Waktu libur ini membuat anak-anak lebih leluasa membantu orangtua menyiram sayur di kebun. Tanaman sayur juga dalam skala kecil sehingga tidak memberatkan mereka dalam menanam dan menyiram. Mereka malah terlihat berkebun dengan senang hati. 

Salah satu hal yang membuat mereka senang adalah bisa berkumpul bersama-sama anak lain di kebun, bekerja dan bermain bersama-sama.

Menanam sayur, menyiram sayur, bakar ubi untuk makan, berburu ikan dan berenang di sungai, sungguh merupakan aktivitas liburan yang seru, istimewa, menyenangkan dan bermanfaat.

Libur sekolah masih dua minggu lagi, sebagian waktu liburan akan anak-anak ini habiskan di kebun sayur. Semoga hasil panen sayurnya bagus sehingga bisa untuk konsumsi keluarga dan penghasilan tambahan untuk sekolah. Good bless you, guys.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun