Mohon tunggu...
Imanuel Lopis
Imanuel Lopis Mohon Tunggu... Petani - Petani

Petani tradisional, hobi menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ludah Sirih Pinang, Sampah yang Jorok dan Bandel

14 Juni 2023   18:12 Diperbarui: 14 Juni 2023   18:13 782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret cipratan ludah sirih pinang yang orang buang sembarangan di emperan sebuah fasilitas umum. Gambar: dokumentasi Imanuel Lopis.

Mengunyah sirih dan pinang merupakan bagian dari kebiasaan masyarakat di beberapa daerah termasuk di Timor, Nusa Tenggara Timur. Mengunyah daun atau buah sirih dengan buah pinang lalu menambahkan kapur halus secukupnya. Beberapa orang bahkan menambahkan segumpal kecil irisan daun tembakau kering di balik bibir atas.

Menurut para pecandunya, mengunyah sirih dan pinang memberikan sebuah semangat dan menghilangkan rasa kantuk. Kalau tanpa sirih dan pinang rasanya lemah dan mengantuk. Dalam sehari saja orang bisa mengunyah sirih dan pinang hingga berkali-kali.

Sirih dan pinang sudah menjadi bagian dari kehidupan sosial masyarakat. Ketika ada tamu, tuan rumah menyuguhkan sirih dan pinang. Mereka kemudian mengunyah sirih dan pinang sambil mengobrol.

Tidak hanya di rumah, ketika bertemu atau berpapasan dengan orang lain di suatu tempat pun orang sering saling memberi sirih dan pinang.

Kebiasaan mengunyah sirih dan pinang ini sering menimbulkan sebuah masalah yaitu ludah merah yang bertebaran di sembarang tempat.

Kunyahan sirih, pinang dan kapur bercampur dalam mulut hingga berwarna kemerahan. Air liur dalam mulut pun berwarna kemerahan.

Semakin merah sirih dan pinang dalam mulut hingga bibir memerah berarti kunyahan itu hasilnya bagus. Kalau kunyahan sirih dan pinang tidak kemerahan berarti kualitas kapurnya tidak baik.

Pengunyah sirih dan pinang ini tidak menelan air ludahnya yang kemerahan namun meludahkannya. Mencipratkan ludah dengan agak keras melalui celah bibir.

Sayangnya masih banyak orang yang suka membuang ludah merahnya secara sembarangan. Baik di rumah, jalan, emperan toko, pasar atau perkantoran orang kerap sesuka hati meludah sembarangan.

Ludah merah yang bertebaran secara sembarangan membuat pemandangan di tempat tersebut menjadi jorok. Ludah merah yang masih basah dan agak banyak tidak hanya jorok namun menjijikan.

Ludah merah yang menempel di lantai, paving, aspal, atau tembok apabila sudah kering akan sulit membersihkannya. Nodanya bandel, menempel dengan cukup kuat sehingga harus menyikat dengan air detergen untuk membersihkannya.

Sebuah larangan untuk tidak makan atau kunyah sirih pinang. Gambar: dokumentasi Imanuel Lopis.
Sebuah larangan untuk tidak makan atau kunyah sirih pinang. Gambar: dokumentasi Imanuel Lopis.

Di beberapa area perkantoran atau pertokoan sering ada larangan untuk membuang ludah merah ini secara sembarangan. Walaupun demikian tetap saja orang membuang ludahnya sembarangan.

Ada pecandu sirih pinang yang sadar dan menyiapkan wadah khusus untuk meludah saat berada di kawasan larangan meludah. Mereka membawa gelas plastik bekas kemasan air mineral dengan mengisi tanah atau pasir secukupnya. Saat akan meludah, mereka tinggal membuang ludah merahnya di wadah tersebut.

Di sebagian rumah warga, tuan rumah kerap menyediakan wadah seperti pot berisi pasir atau tanah sebagai tempat meludah. Sang tuan rumah atau tamu menggunakan wadah tersebut untuk membuang ludahnya saat mengunyah sirih dan pinang.

Mengunyah sirih dan pinang sudah menjadi tradisi bahkan candu masyarakat. Melarang orang untuk tidak membuang ludah merah secara sembarangan kadang sia-sia.

Salah satu cara bijak untuk menghadapinya adalah menyediakan wadah agar orang yang mengunyah sirih dan pinang bisa meludah. Di perkantoran, pasar, terminal, pertokoan, rumah sakit, sekolah, bank, dll, sebaiknya tersedia tempat membuang ludah ini.

Wadah untuk ludah harus terpisah dari tempat sampah. Wadahnya bisa berisi pasir atau tanah yang dapat menyerap air ludah.

Di area publik atau perkantoran wajib ada tempat untuk membuang ludah. Tidak hanya satu namun ada beberapa tempat penampung ludah di sejumlah titik. Setelah itu menambah label pada wadah tersebut misalnya, "Buanglah Ludah Sirih Pinang di Sini".

Di daerah-daerah yang masyarakatnya merupakan pecandu sirih dan pinang, penyediaan tempat meludah di tempat umum sepertinya masih minim bahkan tidak ada. Orang lebih cenderung melarang membuang ludah daripada menyediakan tempat ludah.

Semoga tulisan ini menjadi inspirasi khususnya bagi para pengelola fasilitas publik di daerah-daerah yang masyarakatnya mengunyah sirih dan pinang.

Orang yang mengunyah sirih pinang juga semoga membuang  ludah pada tempatnya.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun