Mohon tunggu...
Imanuel Lopis
Imanuel Lopis Mohon Tunggu... Petani - Petani

Petani tradisional, hobi menulis.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Hutan, Separuh Nyawa Kami

20 Mei 2023   19:04 Diperbarui: 21 Mei 2023   09:56 812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mata air ini juga terletak di kaki perbukitan. Berada di bawah naungan beberapa pohon raksasa yang mungkin berusia ratusan tahun. Tanah sekitar mata air berupa tanah hitam berbatu. Di sekitar mata air tergeletak batu-batu berukuran sedang hingga sangat besar.

Pada bagian atas mata air ini terbentang hutan nan lebat sekitar ratusan meter persegi. Banyak tumbuh pohon berukuran besar dengan akar-akar besar yang menjalar dan menonjol di atas permukaan tanah seolah mencengkram tanah berbatu. 

Semak dan pohon-pohon kecil juga tumbuh padat di hutan kecil ini. Hutan ini merupakan lahan milik keturunan raja (usif) Amanuban sehingga warga sekitar tidak berani mengusiknya. 

Tepian hutan hingga puncak perbukitan ini merupakan pemukiman, kantor desa dan kebun-kebun warga.

Sejak zaman dulu hingga sekarang mata air ini menjadi sumber air untuk berbagai keperluan seperti masak, mandi, cuci, dll.

Pada musim kemarau debit mata air menurun namun tidak pernah kering walaupun kemarau panjang atau El Nino.

Beberapa tahun lalu berturut-turut saat sumur kami kering di musim kemarau, terpaksa kami harus mengambil air dari Oeleku yang jaraknya cukup dekat.

Pada musim kemarau sumber air ini selalu ramai pada siang hari dengan warga yang mencuci dan mengambil air. Kami dan beberapa warga biasanya memilih untuk menimba air pada dini hari sehingga tidak ada orang lain dan tampungan air cukup banyak.

Inilah sekilas kisah tentang dua mata air yang selama ini sudah menjadi sumber air bagi kami sebagian warga Desa Maunum Niki-niki dan warga lain di daerah sekitar.

Ada satu cerita dari para orang tua bahwa di puncak-puncak bukit ini ada tasi, semacam danau bawah tanah. Air dari tasi tersebut kemudian mengalir ke kaki bukit dan muncul sebagai mata air.

Beberapa tahun lalu saat pemerintah desa membuat sumur bor di sekitar pemukiman warga, banyak orang yang mengatakan bahwa mata air Oeleku yang ada di kaki perbukitan akan mati atau kering. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun