Mohon tunggu...
Imanuel Lopis
Imanuel Lopis Mohon Tunggu... Petani - Petani

Petani tradisional, hobi menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Lail Mansian", Menjadi Manusia dalam Pandangan Orang Timor

14 Mei 2023   17:58 Diperbarui: 14 Mei 2023   18:00 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di kalangan orang Timor (Atoin Meto) di Nusa Tenggara Timur, ketika seseorang berhasil menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN),  anggota TNI atau Polri, mereka mengatakan bahwa orang tersebut lail mansian. Misalnya mengatakan, "Kiso, li ana na muni i lail mansian". Artinya, "Lihat, anak itu sekarang sudah jadi manusia".  

Para orang tua kerap menasihati anaknya agar bersekolah dengan baik sehingga "menjadi manusia". "Muskol lek-leok ham lail mansian." Artinya, bersekolah dengan baik supaya "menjadi manusia".

Jika ada orang tua yang menyekolahkan anak atau anak-anaknya hingga menjadi ASN, anggota TNI/Polri berarti nalalib (menjadikan) anak-anaknya manusia. Jika dalam sebuah keluarga ada anak yang menjadi ASN, anggota TNI/Polri berarti tergolong dalam alalit (jadi) dan yang tidak meraih profesi tersebut merupakan ka'alalit (tidak jadi).

Dalam Bahasa Dawan, lail artinya jadi/menjadi dan mansian artinya manusia. Lail mansian artinya menjadi manusia. Sementara dalam obrolan-obrolan orang menggunakan Bahasa Melayu Kupang mereka juga menyebutnya "jadi manusia" atau "jadi orang".

Dari ungkapan "jadi manusia" kemudian muncul berbagai candaan di tengah masyarakat. Kalau seseorang baru "jadi manusia" ketika menjadi ASN, anggota TNI atau Polri, lalu sebelumnya jadi apa? Kalau seseorang tidak menduduki profesi tersebut lalu mereka manusia atau apa?  

Frasa lail mansian atau "jadi manusia" sebenarnya merupakan sebuah idiom dengan maknanya tersendiri. Profesi ASN, TNI dan Polri merupakan "jadi manusia" karena dalam pandangan masyarakat, profesi tersebut sebagai abdi negara dengan sebuah jabatan dan memiliki kehidupan yang mapan secara ekonomi (gaji).

Masyarakat kebanyakan berprofesi sebagai petani dan peternak dengan penghasilan kecil, kehidupan pas-pasan bahkan miskin. Mereka tidak memiliki jabatan apa-apa, hanya sebagai rakyat biasa di kelas bawah dalam strata sosial. 

Sementara itu orang yang menjadi abdi negara tersebut berada di kelas atas. Para ASN, anggota TNI dan Polri memiliki jabatan, seragam, kewenangan, dan gaji. Dengan jabatan dan kewenangan mereka bisa mengatur dan menguasai banyak orang. Dengan gaji jutaan rupiah hingga pensiun mereka bisa memiliki kehidupan ekonomi yang lebih baik dari masyarakat biasa. Mereka pun selalu mendapat penghormatan bahkan perlakuan spesial dari masyarakat.        

Ketika seseorang menjadi ASN, anggota TNI atau Polri masyarakat pun memandangnya telah "jadi manusia". Status sosial lebih tinggi dan perekonomian lebih baik dari masyarakat pada umumnya. Orang tua, keluarga besar bahkan warga sekampung pun bangga dengan profesi tersebut.

Secara sosial dalam pandangan orang di Timor, menjadi ASN, anggota TNI dan Polri adalah "menjadi manusia" atau lail mansian. Kiranya "jadi manusia" tersebut tidak hanya sebatas dari sudut pandang sosial tetapi juga dalam moral. Para ASN, anggota TNI dan Polri khususnya dari kalangan Atoin Meto kiranya "jadi manusia" bermoral yang bisa membedakan baik dan buruk sehingga hanya melakukan yang baik. Jangan sampai secara sosial "jadi manusia" namun secara moral "tidak jadi manusia".

Bagi para Atoin Meto yang hanya menjadi masyarakat biasa, jika tidak "jadi manusia" secara sosial, kiranya "jadi manusia" secara moral. "Jadi manusia" dengan berperilaku baik di tengah masyarakat dalam hal-hal kecil sekalipun seperti membuang sampah pada tempatnya, dll.  Selain itu juga terus mengusahakan kesejahteraan ekonomi bagi diri sendiri dan keluarga.

Salah satu nasihat yang sering saya dengar dari para orang tua di Timor kepada anak-anak, kurang lebih demikian, "Kaul kam lail fa sa-sa'am sa kaisam moe bute-bute ha mumaeba kit." Artinya, "Kalau tidak jadi apa-apa, jangan bertingkah sembarangan sehingga mempermalukan kita."

Ada juga nasihat lain misalnya, "Kaul mu'nuka tof ha muah, kaisam nao ha mubak." Artinya, "Kalau miskin, bertani supaya makan. Jangan pergi untuk mencuri."

Walaupun sebagai masyarakat biasa bahkan miskin, kiranya masih memiliki moral sebagai sebuah kemewahan dan kehormatan.

Kita semua terlahir sebagai manusia, ada yang "jadi manusia" dan ada yang tidak "jadi manusia" namun semoga semuanya selalu memiliki moral dan berperilaku sebagai manusia.

   

 

 

 

   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun