Mohon tunggu...
Imanuel Lopis
Imanuel Lopis Mohon Tunggu... Petani - Petani

Petani tradisional, hobi menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Parang "Noe Tenu", Jati Diri Petani di Timor

11 April 2023   19:00 Diperbarui: 12 April 2023   01:00 1703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Parang
Parang "noe tenu" saat di dalam dan di luar sarungnya. Gambar: dokumentasi Imanuel Lopis.

Para petani biasanya membuat sarung parang sendiri dengan tambahan sepotong tali penggantung. Saat membawa parang, mereka salempangkan talinya di bahu sehingga parang dalam sarungnya terjepit di bawah ketiak. 

Jika seseorang biasa memegang parang dengan tangan kiri, dia harus salempangkan parang di bahu kanan dan sebaliknya. Hal ini agar mudah dalam mencabut dan menyarungkan parang.

Mengasah parang biasanya menggunakan batu kali dengan tekstur agak berpasir. Titik asah parang adalah bagian tengah ke ujung parang. Bagian parang ini yang sering mengenai sasaran dalam menebas atau memotong.

Akibat sering mengasah bagian tengah ke ujung selama bertahun-tahun, parang yang semula lebar kemudian meruncing karena terkikis perlahan-lahan. Saat parang sudah mengecil atau meruncing, orang  akan membeli parang baru lagi.

Ketajaman parang merupakan hal penting karena mempermudah dalam menggunakannya untuk bertani. Ketajaman parang juga menjadi harga diri dari petani tersebut. Ketika parang tidak tajam, orang lain kerap mengolok pemilik dan parang tersebut.

Parang noe tenu rupanya tidak hanya sekedar alat sederhana untuk bertani namun menjadi jati diri para petani tradisional di Timor. Selama ini para petani menggunakan parang noe tenu untuk bertani. Mengusahakan pangan untuk menghidupi keluarganya.    

Dalam kilau dan tajam parang noe tenu terkandung kegigihan dan semangat seorang petani untuk bekerja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun