Orang pada umumnya menghiasi depan rumahnya dengan deretan bunga beraneka rupa dan warna namun saya lebih suka menempatkan tanaman sayur di depan rumah. Sejak belasan tahun lalu saya selalu menanam sayur  dalam polibag di depan rumah.
Memang ada lahan pekarangan yang luas namun sebagian besar tanahnya cukup kritis sehingga saya lebih suka menanam di polibag. Saat menanam sayur langsung di tanah pekarangan ternyata pertumbuhan sayur tidak sebagus sayur dalam polibag
Untuk menanam sayur, polibag-polibag saya isi dengan campuran tanah humus dan pupuk kandang lalu menanaminya dengan anakan sayur yang ada. Beberapa sayur yang saya tanam seperti sawi petsai, pakcoy, kangkung, seledri, Â tomat, lombok dan terong.Â
Saya lebih suka menanam kangkung karena tidak mendapat serangan hama secara massif, paling hanya beberapa ulat yang memakan daun kangkung dan lebih gampang mengatasinya. Berbeda dengan kangkung, sayur sawi-sawian  biasanya mendapat serangan ulat besar-besaran.
Untuk terong, tomat dan lombok sepertinya lebih cocok menanamnya langsung di tanah karena akarnya membutuhkan pergerakan yang luas agar tumbuh lebat dan berbuah banyak. Seperti dalam tulisan sebelumnya Menanam Terong di Pekarangan Rumah.Â
Jika menanamnya di polibag pertumbuhannya tidak maksimal dan buahnya tidak seberapa. Kalaupun harus menanamnya di polibag/pot, ukurannya harus lebih besar. Polibag yang lebih besar tentu memakan ruang saat meletakannya di depan rumah.
Apa asyiknya menanam sayur di depan rumah? Inilah asyiknya selama bertahun-tahun saya menanam sayur di depan rumah.
Pertama, menghasilkan pangan bergizi dan organik. Menanam sayur di depan rumah mengasilkan sayur daun atau buah bergizi untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga. Salah satu keasyikan menanam sendiri sayur adalah bisa menghasilkan sayur yang benar-benar organik tanpa pupuk dan pestisida kimia.
Kedua, menghemat uang dan menghasilkan uang. Menanam sayuran di depan rumah juga bisa menghemat pengeluaran uang untuk belanja sayur, selain itu menghasilkan uang dengan menjual hasil panen sayur. Sewaktu menanam 50-an pot seledri, daun-daun seledri sering saya jual ke warung-warung bakso dan sejumlah orang yang datang langsung membeli. Â Â
Ketiga,menjadi cara berbagi dengan orang lain. Hasil panen sayur yang saya tanam di depan rumah tidak hanya untuk konsumsi sendiri namun membagi-bagikannya ke beberapa kerabat dan tetangga. Selain hasil panen sayur, saya juga membagi-bagikan anakan sayur untuk beberapa orang yang memintanya. Kadang saya juga membagikan pengalaman dengan orang yang hendak menanam sayur juga.
Keempat, membuat tampilan rumah lebih impresif. Menanam bunga di depan rumah membuat rumah semakin indah namun menanam sayur akan membuat rumah lebih impresif. Saat saya menanam sayur di depan rumah, orang-orang yang berkunjung ke rumah kami sering kagum dengan berbagai ekspresi dan ungkapan wouw. Ada yang memotret sayur, ada pula yang selfie dengan sayur. Â Â
Kelima, menginspirasi orang lain. Suatu kali saat saya mampir ke rumah kerabat di kampung sebelah, dia sedang sibuk menyiram sawi dan seledri dalam polibag besar di depan rumahnya. Katanya dia ingin meniru saya untuk menanam sayur juga di depan rumah. Menginspirasi orang lain untuk menanam sayur juga di sekitar rumahnya merupakan nilai terbesar dari aktifitas menanam sayur. Â Â
Keenam, menjadi spot rekreasi. Sayur-sayur  yang berbaris rapi di depan rumah, tumbuh subur dengan daun hijau dan buah banyak memberi pula kebahagiaan. Saya kalau merasa stress tinggal healing dengan merawat sayur-sayur tersebut. Saya juga bisa berekreasi di depan rumah, minum kopi sambil memandangi indahnya sayur yang tumbuh dalam polibag. Tidak perlu jalan jauh-jauh untuk piknik, cukup di depan rumah.
Semoga beberapa keasyikan dari menanam sayur di depan rumah ini bisa menjadi inspirasi bagi pembaca sekalian untuk menanam juga. Selamat menanam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H