Mohon tunggu...
Imansyah Rukka
Imansyah Rukka Mohon Tunggu... Jurnalis - Kemuliaan Hidup bukan hanya sekedar rutinitas namun bagaimana bisa mermanfaat bagi umat manusia dan alam semesta
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ketua Persatuan Pewarta Warga Indonesia - PPWI Sulawesi Selatan -- Jurnalis Koran Sergap, (sergapreborn.id), Jendela Indo News (Jendelaindo.com).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hidup Lebih Bernilai dengan Sosial Enterprise!

22 Februari 2016   21:02 Diperbarui: 22 Februari 2016   22:12 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah sekian lama bergelut di dunia LSM atau Non Government Organization (NGO), baru-baru ini hati saya terketuk oleh sebuah istilah “Social Enterprise”. Ya, memang istilah social enterprise belum begitu banyak dikenal oleh masyarakat kita terlebih lagi yang para pegiat NGO yang berada di tanah air. Nah, baru-baru ini British Council ---salah satu lembaga budaya yang berasal dari Inggris yang berkantor pusat di Jakarta, bekerjasama dengan Bakti Foundation ----salah satu NGO Lokal di Kota Makassar yang bergerak dalam dibidang bursa pengetahuan kawasan timur Indonesia mengadakan kegiatan “Social Enterprise Leadership Training”.

Kegiatan yang terbilang sangat penting dan langkah bagi saya, dihadiri 32 orang peserta dari berbagai utusan LSM (NGO) lokal yang ada di Sulawesi Selatan ; Sulawesi Tenggara, Gorontalo bahkan ada juga yang dari Kab. Raja Ampat Prop. Papua. Dan tak kalah menariknya kegiatan pelatihan ini difasilitasi langsung oleh para fasilitator handal yakni Mbak Ari (British Council), Mbak Ita ( British Council), Mas Bido (World Bank), Mas Jimmy (British Council), Mas Jay (Dompet Dhuafa) tersebut berlangsung selama tiga hari dari tanggal 19-21 Februari 2016 bertempat di Kantor Bakti di Jalan Andi Mappayukki—Makassar.

[caption caption="peserta pelatihan social enterprise terlihat berdiskusi kelompok dalam mendisain sebuah wirausaha sosial"][/caption]

Ada yang paling seru bagi saya saat hari pertama pelatihan ini, acara tersebut diberi nama “Globingo”, dimana para peserta diberikan kertas selembar yang didalam kertas tersebut terdiri dari sembilan kolom baris. Dari tiap kolom yang ada masing-masing berbeda seperti; temukan seseorang yang bisa memainkan alat musik, temukan seseorang yang bisar berbahasa asing; temukan seseorang yang telah mempunyai bisnis, temukan seseorang yang mempunyai blog/website pribadi dan temukan seseorang mengetahui pengertian “social enterprise”, temukan seseorang yang pernah diliput media cetak atau televisi, temukan seseorang yang mengetahui “suistainable Development Goals”.

Ketika permainan tersebut yang dipandu langsung oleh Mbak Ari salah seorang fasilitator dari British Council, maka permainan tersebut segera dimulai. Para peserta yang memang diantaranya belum saling kenal terlihat berhamburan mencari peserta lain berbincang dan berdialog untuk mencari jawaban-jawaban yang ada di kolom kertas yang terlah dibagikan kepada para peserta pelatihan. Sungguh menarik ternyata, bahwa permainan yang telah dikemas sangat apik oleh tim fasiliator tersebut sangat berguna bagi peserta agar kami bisa saling kenal dan beradaptasi secara cepat dengan berbagai pertanyaan-pertanyaan pribadi.

Kemudian disesi berikutnya, peserta disuguhi dengan materi pelatihan apa itu Social Enterprise atau Wirausaha Sosial? Yang dibawakan oleh Mbak Ita. Nah, disinilah saya betul-betul paham bahwa social enterprise adalah sebuah aktivitas bisnis usaha yang dijalankan bukan hanya mengejar profit semata, namun yang lebih ditekankan adalah bagaimana usaha yang dijalankan oleh lembaga atau organisasi bisa memberikan nilai-nilai sosial yang ada di masyarakat. Ketika definisi social enterprise ini dikembalikan kepada peserta, alhasil sebagian besar peserta sebenarnya sudah paham, namun implementasi dilapangannya seperti apa, itulah yang akan uraikan secara sistematis dalam pelatihan ini.

Tree of Expectation juga adalah salah satu dari materi yang diberikan kepada peserta dihari pertama, dimana para peserta dibagikan kertas kecil utuk menuliskan apa harapan dan keinginan dalam mengikuti pelatihan ini lalu ditempelkan ke gambar pohon yang telah disediakan oleh tim fasilitator.

[caption caption="Peserta dilatih bagaimana bisa menjadi fasilitator yang handal dalam wirausaha sosial"]

[/caption]

Juga tak kalah seru dan sempat buat peserta tegang adalah pembelajaran “ USP (communiticating our USP) disinilah peserta diajarkan bagaimana bisa menjadi fasilitator dengan keahlian teknik berkomunikasi dan selanjutnya bisa memberikan pengaruh kepada yang peserta yang diajarkan nantinya ketika para peserta akan menjadi fasilitator nantinya. Demikian pula materi pembelajaran “what is your role?, disini para peserta melalui Mas Bido, Mbak Ari, Mas Jimmy dan Mbak Ita serta Mas Jay memberikan sebuah gambaran ketika ia membawakan materi tersebut bahwa bagaimana bisa memahami berbagai keahlian yang dimiliki para peserta atau komunitas sasaran agar nantinya aktifitas wirausaha sosial yang dijalankan dapat berjalan dengan baik.

Dihari kedua, tim fasilitator juga membawakan materi yang sangat istimewa yakni sebuah studi kasus, yang mana dihadirkan pelaku wirausaha sosial yakni Ibu Eni salah seorang wirausahawan abon ikan –Az Zahra yang berdomisili di Kec. Ujung Tanah – Paotere Makassar. Disini peserta terlihat terharu saat Ibu Eni membawakan materi di depan peserta pelatihan. Janda anak tiga orang ini memulai usahanya dengan penuh keprihatian dan kondisi masyarakat pesisir pantai di paotere yang rata-rata hidup dalam kemiskinan dan ketertinggalan. “Ibu-ibu nelayan banyak yang hidup dalam lilitan hutang dari para punggawa dan tengkulak.

Berangkat dari keprihatinan tersebut, Ibu tiga anak ini yang juga lulusan sarjana fisip Unhas harus berjuang mati-matian untuk bagaimana para ibu-ibu nelayan di lingkungannya bisa sejahtera. Awalnya kelompok yang ia rintis hanya berjumlah 3 orang dan selanjutnya menjadi 25 orang dan berkembang hingga saat ini, sekarang kelompok usaha Az Zahra sudah memiliki anggota 600 orang.

Ada pembelajaran yang sangat inspiratif yang bisa diambil dari studi kasus mengenai wirausaha sosial yang dijalankan oleh Ibu Eni bersama anggotanya. Membuat usaha abon ikan dan menjualnya bukan hanya mengejar profit semata namun nilai-nilai sosial telah ia buktikan dalam usahanya dengan mebantu para ibu-ibu dipesisir laut yang selama ini selalu dilipu persoalan keuangan. Artinya Ibu Eni dan anggotanya telah memberikan pengaruh sosial nyata melalui wirausaha abon ikannya memberikan solusi sosial dalam mayarakat sekitarnya.

Kemudian dilanjutkan disesi berikutnya materi apa saja yang harus dibawakan oleh seorang fasilitator agar bisa efektif? sebuah wirausaha sosial jika ingin berjalan efektif, maka didalamnya harus ada tiga bidang keahlian penting di dalamnya, yakni ; Manager, Inovator dan Wirausahawan. Nah, disini peserta dalam pelatihan kali ini di bekali agar bisa memahami bagaimana sih menjadi atau menguasai ketiga keahlian tersebut? Menurut, penulis wirausaha sosial, Jerr Boshee--- Kita mungkin bisa melakukan ketiga peran itu, tapi hanya dua dari tiga peran itu yang bisa dijalankan dengan baik.

Rangkaian demi rangkaian acara terus berlanjut dalam seharian, tiba waktunya peserta dihari kedua dan dihari ketiga diberikan materi agar bagaimana peserta bisa menjadi fasilitator karena inti dari pelatihan ini adalah terlihat bahwa bagaimana nantinya para peserta bisa menjadi fasilitator yang handal. Seperti yang diungkapkan oleh Mas Bido salah seorang fasilitator senior dari Wolrd Bank mengatakan bahwa bagaimana anda yang hadir dalam kesempatan ini dilatih dan diajarkan agar bisa menjadi fasilitator-fasilitator handal dikemudian hari.

[caption caption="Model Business Canvas adalah pembelajaran inti dari pelatihan social enterprise leadership training"]

[/caption]

Lain halnya dengan Mbak Ita yang mengungkapkan bahwa dari 300 calon peserta yang masukkan aplikasinya melalui email, ternyata anda yang hadir dipelatihan ini adalah yang lolos seleksi untuk mengikuti undangan pelatihan “social enterprise leadership training”. Spontan dalam diri saya merasa bahwa kegiatan ini harus saya ikut secara seksama karena terus terang ilmu social enterprise atau wirausaha sosial ini sangat berguna bagi NGO yang saya geluti dan rintis selama ini.

Dihari ke tiga kegiatan pelatihan ini, ada materi pembelajaran yang sangat-sangat penting yang bisa saya petik yakni materi pembelajaran “The Business Model Canvas”. Nah, inilah inti pembelajaran dari pelatihan wirausaha sosial ini. Pembelajaran ini sangat menyita analisis saya karena para peserta yang terbagi dalam empat kelompok, dan masing-masing dipandu oleh fasilitator memberikan gambaran bahwa Model Bisnis yang ada dalam kanvas yang dibagikan ke masing-masing peserta maupun yang ditempel didinding adalah bagaimana para peserta bisa memulai wirausaha sosial ini secara berurutan tergantung jenis usaha, tujuan dan sasaran serta sumber daya dan aspek pasarnya. Bisa dilihat dalam gambar.

Tak terasa pelatihan segera berakhir, seluruh fasilitator terlihat sudah berkumpul kembali dalam ruangan. Dan kesimpulan dari pembelajaran pelatihan yang terbilang padat selama tiga hari ini adalah bagaimana seorang peserta nantinya diharapkan baik itu secara individu, kelompok, aliansi organisasi, lembaga, jaringan, dengan ide dan kreatifitasnya bisa menyelesaikan berbagai permasalahan sosial yang ada di masyarakat. Dan melalui rangkaian-rangkaian materi yang saya dapatkan dalam pelatihan ini adalah sebuah pembelajaran “soft skill”, yang mana banyak diberikan dari masing-masing tim fasiliator pelatihan.

Untuk itu saya haturkan terimakasih banyak yang sebesar-besarnya buat Mas Bido, Mas Jimmy, Mas Jay, Mbak Ari, Mbak Ita, dan Mbak Olin (Bakti). Bagi saya anda bukanlah orang yang sukses namun orang-orang yang sangat bernilai di mata masyarakat dan negeri ini. Bravo Social Enterprise !

[caption caption="Para peserta dari berbagai NGO Lokal foto bersama usai penutupan acara "]

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun