Mohon tunggu...
Imansyah Rukka
Imansyah Rukka Mohon Tunggu... Jurnalis - Kemuliaan Hidup bukan hanya sekedar rutinitas namun bagaimana bisa mermanfaat bagi umat manusia dan alam semesta
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ketua Persatuan Pewarta Warga Indonesia - PPWI Sulawesi Selatan -- Jurnalis Koran Sergap, (sergapreborn.id), Jendela Indo News (Jendelaindo.com).

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Rajab : Meretas Persusuan di Lereng Bawakaraeng

2 Oktober 2012   08:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:22 2068
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_215848" align="aligncenter" width="300" caption="Persusuan dan sapi perah Sinjai masih bertahan, perlu dukungan dan kebijakan pemerintah yang maksimal (foto;Imansyah Rukka)"]

13491654071279978472
13491654071279978472
[/caption]

[caption id="attachment_215849" align="aligncenter" width="300" caption="Proses pengolahan susu pasteurisasi yang dilakukan koperasi susintari (foto;Imansyah Rukka)"]

13491655121389624543
13491655121389624543
[/caption]

Sapi perah di Gunung Perak , Sinjai- Sulsel ini jika dibandingkan dengan sapi perah yang ada di Pulau Jawa, maka Sulsel termasuk salah satu wilayah pengembangan baru atau produksi baru persusuan. Mulailah sejak tahun 2001 sampai sekarang ini Dinas peternakan Kab. Sinjai mulai memprogramkan pengadaan sapi perah setiap tahun dan mengalokasikan pengadaan setiap tahun sambil mengembangkan yang sudah ada.

“Sebenarnya pengembangan sapi perah di sinjai ini pernah mencapai 500 ekor populasi tetapi karena proses ketuaan yakni di afkir oleh peternak, di satu sisi regenerasi yang tidak begitu bagus dan juga kendala saat ini banyaknya pedet umur 3-5 bulan yang mati sehingga terhambat mendapatkan sapi dewasa sehingga regenerasi juga menjadi terhambat”, ungkap Aminuddin yang juga peraih penghargaan Adhikarya Pangan 2011 dari Presiden RI kategori Ketahanan Pangan ini.

Selanjutnya di Tahun 2009 dengan melihat kenyataan itu, Pemda Sinjai melakukan lagi strategi baru yaitu dengan program rearing (pembesaran) tentu dengan bantuan Pemkab Sinjai yakni Bupati memberikan dana yang cukup signifikan untuk membangun sebuah rearing dengan kapasitas 60 ekor. Di Tahun 2010 mulai berhasil dengan mendapatkan danmembesarkan pedet kurang lebih 80 ekor dan program rearing itu tetap berjalan sampai sekarang. Begitu pula strategi pengembangan di masyarakat atau di anggota kelompok ternak dengan merubah sedikit yang tadinya di awal pengembangan sapi perah ini kita mementingkan pemerataan dari anggota tetapi sekarang pihak Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Sinjai mencoba mengubah strategi dengan menghampiri skala ekonomi dengan setiap 1 orang petani memiliki minimal 3 – 5 ekor sapi perah.

“Pemeliharaan sapi perah oleh masyarakat ini secara ekonomi bisa menambah income untuk biaya sekolah dsb, yang jelas untuk mensejahterahkan para peternak”, katanya.

Di dalam perjalanan pengembangan usaha sapi perah ini di Desa Gunung Perak banyak berkaitan dengan produksi susu yang dihasilkan. Selain komoditas utamanya adalah susu pasteurisasi dengan nama dagang “Susin” dengan kemasan gelas (cup) dengan volume 150 cc, juga produk susu sinjai tersebut dilakukan berbagai diversifikasi produk. Contohnya es krim dan kerupuk susu.

“Di Tahun 2012 ini kita mencoba memulai karamel susu, dodol susu, yoghurt, mentega dan sebagainya, dan tinggal bagaimana membentuk kelompok-kelompok pengolahan yang ada di Kab. Sinjai”, ungkap Aminuddin yang lulusan Fakultas Kedokteran Hewan IPB Bogor ini

Sapi perah yang ada di Sinjai Barat ini kebanyakan didatangkan dari Jawa Timur, dan sebagian lainnya dari BPTU Batu Raden. Dengan dasar pemikiran iklim Desa Gunung Perak, ke depannya pihak Dinas Peternakan menyarankan pengadaaan ternak sapi perah di arahkan agar kelompok ternak untuk mengambil di Kab. Malang, Jawa Timur.

Selain itu pengembangan sapi perah sebelum di lakukan di Kab. Sinjai, yang memulai lebih dulu adalah Kab. Enrekang Sulsel yang dikenaal dengan produksi Dangkenya. Melihat peluang tersebut, selaku Kepala Dinas Peternakan yang baru saya jabat 1 tahun waktu itu mengatakan bahwa ada satu potensi kecamatan di Sinjai Barat sangat bagus untuk pengembangan sapi perah terutama iklimnya yang dingin ditambah hijauan berlimpah ruah serta dukungan SDM petaninya yang sangat bagus dan sudah terbiasa dengan pola kawin suntik (IB). Sapi perah ini umumnya dikawinkan dengan teknologi Inseminasi Buatan. Dengan begitu tidak perlu lagi memperkenalkan teknologi tersebut kepada mereka. dan inilah cikal bakal pengembangan sapi perah di Kab. Sinjai, Sulsel hingga sekarang ini.

Soal pemasaran susu di Kab. Sinjai – Sulsel tidak ada kendala, hanya memang harga saat ini masih kisaran 2000 - 2500 rupiah per liter. Apa yang diungkapkan oleh Rajab sebagai ketua kelompok ternak “Batuleppa” adalah wajar karena peran pemerintah disini masih memberikan subsidi sekitar 80 %, namun harga 2000 perliter jika di kalkulasi masih lebih tinggi dibanding dengan harga di tingkat peternak di Jawa.Kedepannya, subsidi akan dikurangi agar nanti harga per liternya bisa lebih bagus.

“Seharunya pihak Dinas Peternakan Propinsi Sulsel yang harus berpikir bahwa pengembangan sapi perah ini tidak begitu sama dengan pengembangan sapi potong terutama peternak yang akan memelihara sapi perah. Diperlukan SDM, pelatihan yang bagus, pemodalan, manajemen; pemberian pakannya, bagaimana cara memerah sapi yang baik sehingga susu yang dihasilkan bersih (hygine) dan sebagainya.”, Ungkap Aminuddin yang sudah 13 tahu menjabat Kepala Dinas Peternakan di Sinjai ini.

Dan yang tak kalah pentingnya yang perlu dipikirkan adalah bagaimana membantu pemasaran hasil susu para peternak di Sinjai. Saat ini kami mempunyai program PPMTAS (Program pemberikan makanan tambahan pada anak sekolah) kerjasama dengan Dinas Pendidikan Kab. Sinjai dalam memasarkan susu peternak.

Terlepas dari itu, kini Rajab bersama kelompok ternaknya bersusah payah sekuat tenaga untuk terus bertahan dengan usaha sapi perahnya. Yang menjadi harapan besar Rajab sebagai perintis persusuan di Sinjai tersebut adalah bagaimana usaha sapi perah yang ia rintis bersama kelompok ternaknya bisa lebih berkembang dan membawa perubahan bagi Desanya. Peran Pemerintah dengan produksi susu sinjai harus benar-benar memberikan kesejahteraan bagi diri dan anggota peternaknya. Insya Allah, saya yakin jika semua berjalan dengan niat yang baik, maka tak ada yang tak mungkin jika suatu saat persusuan Sinjai akan sama dengan di Jawa, tukas Rajab dengan wajah penuh optimis. (IR)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun