Mohon tunggu...
Imansyah Rukka
Imansyah Rukka Mohon Tunggu... Jurnalis - Kemuliaan Hidup bukan hanya sekedar rutinitas namun bagaimana bisa mermanfaat bagi umat manusia dan alam semesta
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ketua Persatuan Pewarta Warga Indonesia - PPWI Sulawesi Selatan -- Jurnalis Koran Sergap, (sergapreborn.id), Jendela Indo News (Jendelaindo.com).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menelusuri Bantuan Sosial Ternak Sapi Di Perdesaan Sulsel

29 Oktober 2011   00:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:21 1093
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_144680" align="aligncenter" width="300" caption="Bantuan sosial (bansos) ternak sapi yang digulirkan di Desa Bonto Daeng Kec. Ulu Ere Kab. Bantaeng sabtu malam 23/10 (Imansyah R)"][/caption] [caption id="attachment_144684" align="aligncenter" width="300" caption="Para petani di Desa Bonto Daeng sangat antusias menyambut bantuan ternak tesebut, ada sejuta asa dan harapan dengan perbaikan nasib petani dengan bantuan ini (Imansya r)"][/caption]

SABTU malam tanggal 23 Oktober 2011 jam 18. 40 wita kabut malam pegunungan terlihat menyelimuti Desa Bonto Daeng Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng. Sebagian warga desa berkumpul di depan rumah salah seorang ketua kelompok tani di Desa tersebut untuk ingin menyaksikan kedatangan bantuan sosial ternak sapi yang di berikan oleh pemerintah propinsi Sulsel kepada sasaran kelompok tani Di Desa Bontodaeng . Bantuan ternak sapi yang telah lama mereka tunggu-tunggu akhirnya tiba di Desa mereka. Begitu antusias terlihat pancaran kegembiraan dari para petani peternak penerima bantuan tersebut ketika melihat dua mobil truk toyota rino yang mengangkut ternak sapi tiba di Desanya. “Syukur Alhamdulillah, bantuan ternak sapi yang telah kita tunggu-tunggu akhirnya datang juga”. Ujar Daeng Sampara, ketua kelompok tani Bukit Sapa Bintoeng sebagai kelompok tani penerima bantuan di Desa tersebut.

Di wilayah Kabupaten Bantaeng, hanya 2 Desa yang mendapatkan bantuan sosial ini, yakni Desa Bissappu dan Desa Bonto Daeng. Sesuai aturan setiap Desa hanya diberikan untuk satu kelompok tani. Artinya, kelompok tani bukit sapa Bintoeng yang di ketuai oleh Daeng Sampara ini mendapatkan 30 ekor betina calon induk. Sedangkan jumlah anggota petani setiap kelompok tani adalah 15 orang. Jika dihitung setiap petani nantinya akan mendapatkan 2 ekor betina induk untuk dipelihara dan selanjutnya dikembangkan biakkan. Seperti yang dituturkan oleh salah seorang anggota kelompok tani sapa bintoeng ini bahwa ia belum mengetahui persis bagaimana bentuk pembagian dan cara pengembalian bantuan sosial ini. “saya belum mengerti sama sekali soal aturan bantuan ternak sapi ini, yang saya ketahui hanyalah ketika induk yang dibagi nanti telah mempunyai anak, maka anak (pedet) tersebut akan diberikan kepada yang memelihara dalam hal ini saya sebagai anggota petani yang memelihara hingga mempunyai anak”. Tutur Pudding

Bantuan sosial ternak sapi yang diperuntukkan kepada petani peternak adalah program pencanangan dari kementerian pertanian dalam rangka memacu peningkatan populasi sapi di tanah air yang beberapa tahun terakhir mengalami penurunan drastis. Terlepas dari hal tersebut, seharusnya bantuan sosial tersebut harusnya diakselerasikan dengan peran penyuluh lapangan sebagai pendamping dalam membina petani peternak ketika mendapatkan bantuan tersebut. Meski pemerintah baik pusat maupun daerah telah mendistribusikan bantuan ternak sapi yang dianggarkan dari berlanja APBN dan APBD, namun program ini tak bisa dilepas begitu saja. Belum lagi dengan persoalan teknis dan medis yang akan dihadapi oleh petani ketika menerima sapi tersebut. seperti ketersediaan pakan ternak dan air serta pengetahuan yang memadai mengenai penyakit ternak.

Jika diamati secara sosial ekonomi, para petani di Desa Bonto Daeng yang tergabung dalam kelompok tani sangat layak untuk menerima bantuan ini. Dan tentunya calon petani sebagai penerima ternak sapi ini telah melalui proses seleksi yang ketat namun tidak berarti bimbingan dan pembinaan serta pendampingan yang maksimal mereka tidak butuhkan. Seperti yang dungkapkan oleh Daeng Sampara bahwa “bagaimanapun saya sudah pengalaman beternak sapi sejak kecil dengan sistem tradisional, namun peran pemerintah sangat kita butuhkan agar bagaimana sapi yang diberikan itu yang merupakan bantuan bisa berkembang biak”. Ungkapnya.

[caption id="attachment_144689" align="aligncenter" width="300" caption="Kepala Bidang Peternakan dan Keswan Dinas Pertanian dan Peternakan, Ir. Rita (Imansyah R)"][/caption] [caption id="attachment_144690" align="aligncenter" width="300" caption="Kelompok Tani Bukit Sapa Bintoeng sebagai Petani peternak penerima bantuan bekerja sama memasukkan sapi ke dalam kandang (Imansyah R)"][/caption] [caption id="attachment_144692" align="aligncenter" width="300" caption="Inilah ukuran fisik sapi bali calon induk bantuan yang diberikan kepada petani peternak di Desa Bonto Daeng (Imansyah R)"][/caption]

Pengakuan Daeng Sampara bukan tanpa alasan karena fakta dilapangan memperlihatkan bahwa selama ini peran pemerintah daerah di Kabupaten Bantaeng khususnya dalam tinjauan jurnalis petani center menemukan bahwa peran penyuluh lapangan dalam tugasnya masih belum memberikan pelayanan maksimal kepada petani dan mereka bekerja dan berada dilapangan jika menyangkut keperluan dan kebutuhan petani. Seperti mendata rencana definitif kerja kelompok (RDKK) yang dibutuhkan oleh petani, setelah itu tak pernah kelihatan lagi. Ya seperti bantuan ternak sapi ini, jauh beberapa hari sebelumnya petugas dari dinas baik itu propinsi maupun kabupaten pasti datang dan memberikan pengarahan. Itupun terus terang karena ada pengawasan ketat dari LSM seperti Petani Center”. Ungkap Daeng Sampara mengakui.

Terkait hal tersebut, menurut Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian dan Peternakan Kab.Bantaeng, Ir. Rita menjelaskan bantuan sosial ternak sapi ini adalah salah satu upaya mendukung program 1 juta ekor dan program percepatan swasembada daging sapi 2014, salah satunya adalah dengan mengembangkan populasi ternak sapi yang ada di Kab. Bantaeng.

Ia melanjutkan, dengan adanya bantuan sosial ternak induk sapi ini ke depannya di proyeksikan populasi sapi di Kab. Bantaeng bisa meningkat. Untuk itu petani peternak sering kita berikan pelatihan dalam berbagai kesempatan bagaimana mengelola peternakan sapi dan limbahnya untuk dimanfaatkan secara ekonomis”. jelasnya

Jika dicermati, apa yang dijelaskan oleh Ibu Rita sebagai pihak pemerintah adalah sebuah terobosan dan langkah nyata untuk pengembangan ternak sapi di prop. Sulsel khususnya di Kab.Bantaeng adalah masuk akal jika program tersebut benar-benar direalisasikan kepada petani peternak di lapangan yang secara nyata masih jauh dari sentuhan teknologi beternak sapi. Peran penyuluh pertanian di lapangan adalah sebagai ujung tombak dalam program peningkatan populasi ternak sapi ini.

Dilain pihak, Ketua kelompok tani yang berada di Desa Bissapu Sofyan mengakui bahwa bantuan ternak sapi yang diberikan kepada kelompoknya masih membingungkan petani sebagai penerima bantuan. Pasalnya, ia belum mengerti persis bagaimana bentuk pengembalian ternak sapi tersebut. “Terus terang saya masih bingung soal pembagian dan kepemilikan setiap anggota petani itu berapa ekor?”. Jelas Sofyan

Disini perlunya peran LSM Petani Center sebagai pendamping petani sekaligus melakukan pengawasan program bantuan sosial ini yang menghabiskan dana miliyaran rupiah ini”, belum lagi dengan spesifikasi sapi yang diberikan kepada petani peternak apakah sudah sesuai dengan standar spersikasi yang ada dalam petunjuk teknisnya dan jika sudah jelas tentang administrasinya selanjutnya kita ke masalah teknis pemeliharaan yang sangat penting untuk para petani penerima ternak sapi” jelasnya.

Terkait apa yang diungkapkan oleh Sofyan soal spesifikasi ternak yang diberikan oleh petani adalah mutlak sebagai penentu dalam pengembangan ternak ini. Karena berbicara soal produktifitas ternak sapi sangat erat kaitannya dengan kriteria ternak baik itu umur, tinggi badan, berat badan serta kesehatan dan paling penting adalah ternak yang diberikan ini adalah hasil perkawinan dari induk dan pejantan yang telah dipersilangkan dengan berbagai penilaian sehingga anak hasil dari perkawinan tersebut bisa dijadikan patokan untuk perkawinan berikutnya. “saya perhatikan bantuan sosial ternak sapi yang datang ini kebanyakan kecil, tapi kita tetap berpikir positif saja dan bersyukur dan sekiranya ada masalah dibelakang hari itu kan bukan tanggung jawab kita, tentu kontraktornya yang berttanggung jawab soal ukuran itu”. Jelasnya

Jika melihat persoalan tersebut diatas, program yang dicanangkan oleh pemerintah untuk meningkatkan populasi sapi lokal adalah sudah tepat dengan memberikan bantuan sosial ternak sapi induk untuk dikembangkan baik melalui kawin alam maupun kawin suntik (inseminasi buatan). Meski begitu petani dan peternak haruslah dibina sebaik mungkin dengan memberikan penyuluhan tentang teknis beterna; bagaimana menanam hijauan rumpat gajah, bagaimana mengetahui ternaknya birahi dan selanjutnya segera di kawinkan, bagaimana memberikan vitamin dan obat jika ternak dalam keadaan sakit, bagaimana menjaga kebersihan kandang hingga bagaimana membuat pupuk kompos dan bio gas sebagai sumber energi baru untuk dimanfaatkan dalam kebutuhan memasak rumah tangga.

Optimisme yang harus tercapai untuk pencapaian populasi 2 juta ekor dan secara nasional 14 juta ekor jika apa yang dibutuhkan petani peternak dalam pengembangan ternak sapi lokal di negeri ini bisa direalisasikan secara nyata kepada petani peternak di pedesaan. Dan pesimis yang luar biasa jika bantuan ternak sapi yang menghabiskan anggaran negara yang tidak sedikit ini tidak dimonitor dan di evaluasi secara maksimal. Bahkan bantuan ternak sapi-sapi betina tersebut hanyalah menjadi hiasan dalam areal persawahan tanpa ada kemajuan produksi dan produktifitas dan yang paling terburuk jika ternak betina yang diberikan ini terhempas begitu saja di rumah potong hewan untuk di konsumsi masyarakat. Dengan begitu program Peningkatan populasi 2 Juta ekor dan program percepatan swasembada daging sapi (PPSDS) 2014 hanya tinggal retorika dan slogan belaka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun