Yang terakhir tak ada yang sulit untuk memulai semua itu jika di awali dengan nawaitu atau niat yang baik. Seperti kata-kata bijak “Jika sulit mudahkanlah, jika berat ringankanlah, jika dalam keluarkanlah, jika diatas turunkanlah serta jika jauh dekatkanlah”. Sepertinya kata bijak ini juga merupakan doa yang bisa di ejawantahkan dalam laku kita sehari. Malah saya dalam sebuah pertemuan petani di Kabupaten Pinrang beberapa waktu lalu, dalam pertemuan itu saya menjadi pembicara sekaligus pemandu acara mengatakan bahwa “ Saya sebagai pejuang aktifis petani, memang secara materi tak banyak yang bisa di diharapkan, namun lebih itu hanya Tuhan yang bisa memberikan penilaian sejaumana keikhlasan kita dalam memberikan yang terbaik dalam hidup ini dan orang lain”. Ini merupakan sebuah panggilan hati dari dalam diri saya, untuk selalu tetap berada di dalam jalan itu dan sepertinya di ujung jalan itu pun kita tak tahu apa yang akan kita temukan”. Ketika istri dan anak-anak saya selalu merindukan dan mengharapkan kehadiran saya di tengah mereka, maka saya secara totalitas diri saya kepada-Nya. Dialah Sang Maha Segalanya. Saya yakin, bahwa ketenangan dan kebahagiaan saya akan dapat dirasakan pula dengan istri dan anak-anak saya, begitupula dengan orang-orang yang berada dalam lingkaran saya yakni para petani dimanapun saya berada. Yang penting bagaimana konsistensi diri dalam menjalankan sebuah amanah dalam kehidupan sebagai seorang aktifis petani sejati bisa terus terjaga. Dengan begitu, “ Tuhan semesta alam mengetahui apa yang saya kerjakan dan Dia tak bisa berdusta apa yang saya sudah lakukan”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H