Mohon tunggu...
Imansyah Rukka
Imansyah Rukka Mohon Tunggu... Jurnalis - Kemuliaan Hidup bukan hanya sekedar rutinitas namun bagaimana bisa mermanfaat bagi umat manusia dan alam semesta
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ketua Persatuan Pewarta Warga Indonesia - PPWI Sulawesi Selatan -- Jurnalis Koran Sergap, (sergapreborn.id), Jendela Indo News (Jendelaindo.com).

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Empat Jam Bersama Mariska Lubis

30 Mei 2010   09:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:52 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siang kemarin hari sabtu udara Kota Jakarta terasa panas. Kira-kira dengan suhu temperatur berkisar 32- 34⁰ C. Namun dalam perjalanan saya tersebut udara panas kota Jakarta berubah seketika. Memberikan sebuah keteduhan yang bagi saya mungkin adalah sebuah berkah dan rahmat untuk bertemu dengan seorang wanita yang saya pernah juluki “The God Hunter”. Memang tidak ada hal yang istmewa dalam rencana pertemuan itu. Namun bagi saya yang selalu menggunakan rasa, bahwa itulah sebuah konfirmasi bagi saya apakah pertemuan dengan seorang wanita pegiat spiritual bernama Mariska Lubis itu bisa membuktikan secara empiris dan juga alam semesta bahwa dia benar-benar bisa seenergi atau satu frekwensi dengan saya? Apakah semua tulisan-tulisan yang diulasnya benar-benar mempunyai bahasa Tuhan yang memang sulit untuk dipahami ? Dengan begitu, ketika saya bertemu semuanya tidak ada yang sia-sia. Banyak lagi dan banyak lagi. Itulah yang menjadi pertanyaan dalam batin saya. Tak lama kemudian tibalah saya di sekitar kawasan Cikini. Jam pada saat itu menunjukkan jam 14 lewat 20 WIB. Tepatnya di sebuah cafe bernama “Bakoel Coffee” yang tidak jauh dari Taman Ismail Marzuki. Tak lama kemudian saya masuk ke dalam. Karena saya yang duluan tiba di café itu, saya langsung saja pesan kopi khas café itu. Tak lama beberapa teman lain yang memang memliki tujuan sama pun berdatangan dan kami pun berkumpul bersama menanti kedatangan Teh Ika (saya panggil saja begitu). Dia menelpon saya dan mengatakan bahwa dia sementara dalam perjalanan menuju ke café. Selang tak lama kemudian, Teh Ika-nya nongol. Dia pun langsung menyapa saya dan semua teman yang lainnya dengan salam hangat dan ramah. Dengan berpakaian kemeja warna putih celana hitam, terlihat sangat feminin namun tetap modis. Sama halnya dengan kepopulerannya saat ini dalam bidang jurnalis. Dalam hati saya, “Oh, ini yang namanya Mariska Lubis”. Maklumlah baru pertama kali saya bertemu dengannya. Namun kelihatan banget bagi siapa saja yang tanggap melihat dan bertemu ML secara langsung. Dari wajahnya saja terlihat aura kecantikan yang sangat bagus. Pancaran inner beauty-nya yang mumpuni ditambah tatapan matanya yang sangat tajam adalah memberikan cerminan secara internal bahwa dia adalah seorang wanita yang mempunyai kelebihan dalam hal spiritual. Seorang wanita yang cerdas dan penuh inspiratif. Kelihatan pula dari bahasa tubuhnya yang tampak lentur. Selanjutnya, dari sini kami mulai sharing, yakni kami saling buka-bukaan apa yang selama ini belum terbuka. Teh Ika memang niatnya mau bertemu dengan kami adalah mencari teman sharing yang berkualitas. Agar terjadi koneksitas yang sangat bagus. Ia ingin apa yang diungkapkannya dengan bahasa-bahasanya lewat tulisan-tulisannya bisa dicerna dan dipahami oleh pembaca. Dia mau mengajak kepada seluruh kompasianers dan pembaca, untuk bisa memahami tulisan-tulisan khususnya mengenai seks dalam arti yang sebenar-benarnya. Bukan dari sisi yang dangkal dan sempit. Ada hal yang bagi saya merupakan benang merah dalam setiap ungkapan-ungkapan tulisannya yang memang terkadang sulit dicerna dan dipahami. Apalagi dihayati, yakni masalah seks dalam perpektif spiritual. Saya dengan tegas bilang bahwa, “sudah zamannya mereka tidak paham”. Semua itu adalah masalah kapasitas seseorang yang diberi hidayah oleh Tuhan sesuai dengan kapasitasnya . Segala sesuatunya tidak ada yang bisa dipaksakan. Jika semua orang bisa memahami apa makna tulisan Teh Ika, damailah dunia ini, bahkan terkadang ada orang pintar dan cerdas, tapi masih dalam zona kecerdasan intelektual dan emosional, belum masuk ke dalam kecerdasan spiritual. Diskusi dengannya berlangsung seru namun kami tetap santai dengan diselingi dengan secangkir kopi dan makanan khas café tersebut. Tatkala teh Ika memulai lagi sharing-nya dengan sebuah pemahaman-pemahaman spiritualnya, saya pun dengan serius pula mendengarkannya. Mengenai apa yang ia jalani dalam perjalanan spiritualnya. Bagi saya itu adalah sebuah perjalanan pribadi. Antara dia dan Tuhan-nya. Yang ingin diungkapkannya kepada sesama. Terkadang saya hanya mengangguk-mengagukkan kepala saya sebagai pertanda bahwa kita sudah saling paham mengenai hal itu. Ada yang lebih menarik ketika saya membuka dialog mengenai hancurnya alam semesta dikarenakan karena faktor penyebabnya adalah sumber daya manusia. Sebagian besar manusia terjebak dalam spiritual salah kaprah. Spiritual yang masih pada circle yang masih bisa diukur dan diraba. Belum menyentuh pada tataran kesadaran tertinggi yakni spiritual. Dari fisik ada matefisik. Di dalam diri kita sebagai manusia ada yang aktif dan pasti ada yang pasif. Tinggal kita kembali ke rasa atau perasaan kita. Dengan demikian saya saya tambahkan lagi bahwa semua itu adalah sebuah proses metamorfosis hingga menemukan titik Tuhan.  Manusia boleh banyak, namun Tuhan semesta alam itu hanya satu. Memang, sekali-kali ia menyampaikan sesuatu kata-kata yang terbilang aneh, jika dipahami secara logika. Tetapi bagaimanapun saya sebisa mungkin tanggapi dengan bahasa-bahasa yang dikeluarkannya diluar rasionya. Dengan begitu, ia memang mencari teman yang benar-benar bisa diajak sharing. Bukan hanya pintar karena intelektualnya tapi juga cerdas dalam spiritual. Saya tambahkan ke ML bahwa hancurnya seluruh tatanan di alam semesta ini dalam segala bisa karena tidak pahamnya manusia dengan apa yang disebut manusia mulia sehingga yang ada karakter ego. Mereka lupa diatas itu ada super ego. Bisa dihitung jari dialam ini yang bisa masuk dalam zona itu. Alam semesta ini masih bertahan, karena masih ada orang-orang yang super ego itu. Maaf itu bahasa saya. Mungkin ada bahasa yang lain, karena itu menjadi sebuah terminologi. Selanjutnya Teh ika memberikan respon bahwa biarlah saya menulis mengenai hal tersebut dengan memulainya dari yang paling luar. Yakni rasionalitas dan logika yang bermain. Namun sungguh lucu dan aneh bahwa yang logika saja masih ada yang belum paham apalagi yang di luar logika. Dia sangat maklum semua itu terkadang kecewa melihat negeri ini sampai begini. Mulai dari para penguasa, elite politik, birokrat hingga grass root hanya sedikit yang bisa memahami apa yang diungkapkannya. Bukan hanya lewat tulisan tetapi juga lewat pertemuan secara langsung. Saya mengatakan kepada ML bahwa ia adalah orang yang memang tak pernah puas akan pencarian jati dirinya. Dengan menggeliatnya jiwa dan rohnya, dengan segala upaya dan metode ia jalani untuk mencari dan mengenal Tuhannya yang ia katakan dengan tegas bahwa itulah cinta sejatinya. Cinta yang selalu dirindukannya dan banyak lagi tentang-Nya. Sangat menarik memang ketika menyimak apa yang diungkapkannya mengenai itu semua. Cinta dan seks. Tapi ada satu hal lagi. Dia butuh untuk bisa diajak sharing yang benar-benar bisa mengimbangi pemahamannya. Saya katakan, bahwa dunia spiritual berlaku juga hukum relativitas. Siapapun bisa nyambung. Hanya saja tergantung tingkatan orang yang diajak sharing karena terus terang di sini ada hal-hal yang tidak bisa diungkapkan di depan umum. Semuanya serba rahasia. Yakni antara Tuhan dan dirimu sendiri. Kata-kata ini juga pernah dia ungkapkan kepada saya. Sepertinya jam telah menunjukkan pukul 18.00. Tak terasa waktu itu berlalu dengan cepat. Perbincangan dengannya sangat berkesan dan match. Dan satu hal yang saya pesan ke Teh Ika adalah pertemuan diantara kita dan kami semua memberikan sebuah makna yang dalam. Makna dan pemahaman spiritual yang sangat langkah di alam semesta ini dan hanya di antara kita berdua yang paham dan tanggap. Karena semuanya diawali oleh media social kompasiana. Namun dibalik itu semua pasti ada hikmah positif yang akan kita dapatkan bersama. Khususnya spiritual. Kami pun berdua membuat sebuah komitmen untuk melakukan yang terbaik dalam hidup dan kehidupan ini. diantaranya : kegiatan-kegiatan yang sifatnya sosial kemanusiaan demi kemaslahatan hidup orang banyak. Semoga….! Jakarta 29 Mei 2010 Catatan: Tulisan ini merupakan pemahaman lanjutan atas seorang ML yang sebelumnya pernah saya tulis, “Ternyata Mariska Itu The God Hunter” dan juga menjadi bagian dalam buku “Wahai Pemimpin Bangsa!!! Belajar Dari Seks, Dong!!!” karya ML.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun