Namun, dalam kurun 15 - 20  tahun terakhir terjadi fenomena atau anomali cuaca, yakni banjir bisa datang tiga sampai empat kali dalam setahun artinya kawasan itu kian rawan  dan  terbilang kritis tertimpa bencana.
Terbukti selain banjir pada sejak 9 Maret 2021 sampai 11 Maret 2021, bencana serupa terjadi pada Banjir Hingga 7 Desember 2021.
Pada awal Januari 2022 itu, sejumlah kawasan di beberapa Kecamatan kembali tergenang air. Saat itu, ada 172 warga yang mengungsi. 100 di antaranya di Kecamatan Manggala. Selebihnya di Kecamatan Biringkanaya, Makassar.
Terjadinya sedimentasi yang sangat tinggi pada sungai sungai besar dan anak sungai akibat kerusakan hutan di wilayah sekitarnya akibat pembangunan yang tidak mempehatikan kelayakan.
Perubahan lingkungan akibat pembagunan perumahan pembukaan lahan untuk perrumahan meski skala parsial, aktifitas  pertambangan liar daerah tetangga yakni Kabupaten Maros dan Gowa adalah faktor penyebab Kota Makassar kini kian rawan banjir.
Solusi banjir
Menghadapi ancaman banjir berulang-ulang setiap tahun, Pemkot Makassar sudah berupaya mencari solusi dengan beberapa rekomendasi.
Sebagian rekomendasi juga telah menjadi kebijakan Pemkot Makassar dan Propinsi Sulsel dalam upaya mengatasi banjir di Kota Makassar..
Rekomendasi pertama adalah pembangunan waduk yang rawan banjir yang merupakan kawasan lama --tiga kelurahan di hulu sungai-- Â yakni Kecamatan BIringkanaya, Kecamatan Manggala, Kecamatan Tamalanrea dan Kecamatan Tamalate.
Pada Kawasan kelurahan Katimbang dan sekitarnya--wilayah yang terbilang cukup parah terandam setiap musim penghujan dan terjadi banjir  -- Pemkot Makassar saat ini masih masih mencari solusi terbaik untuk atau pembuatan waduk dan relokasi (perlu tinjauan mendalam) , pasalnya  hampir 80 persen wilayah kawasan tersebut adalah cekungan atau rendah.