"Aparat jangan ragu, apakah mereka bawa senjata tajam atau tidak, menurut  saya tindakan ni adalah salah satunya bisa meminimalisir aksi-aksi tawuran atau perang kelompok, namun jika aparat tidak konsisten dalam melakukan patroli maka beberaps zona rawan yang sering terjadi aksi perang kelompok atau aksi kejahatan lainnya malah terlewatkan dan bebas dari pengawasan patroli aparat", utur Imansyah.
Selain itu, Imansyah menilai, sebetulnya aparat polisi sudah punya histori
atau catatan mengenalli wilayah-wilayah mana saja yang dinggap rawan dan sering terjadi aksi tawuran atau perang kelompok. Kemudian tak ketinggalan aparat kepolisian juga dilengkapi unit cybet crime sebagai fasilitas polisi dalam melakukan patroli di dunia siber. Mengingat di era online saat ini modus aksi tawuran yang dilakukan sekelompok remaja berawal dari media sosial. Sehingga peranan intelejen dibidang siber sudah wajib jika telah diterapkan oleh kepolisian.
"Jika semua hal tersebut diatas sudah dilakukan secara maksimal dan konsisten, terkoordinir dan penuh tanggung jawab dan masih saja terjadi aksi-aksi tawuran atau perang kelompok atau saling serang menyerang artinya disini diduga ada pihak-pihak yang sengaja bermain untuk menggangu keamanan dan ketertiban di wilayah. Oleh sebab itu fungsi intelijen sebisa mungkin dioptimalkan," tutup Imansyah.
Â