Mohon tunggu...
Iman Suwongso
Iman Suwongso Mohon Tunggu... Penulis/Wartawan -

Ketika angin berhembus kutangkap jadi kata.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sam Jack, Calon Pendamping Desa

20 Maret 2017   23:19 Diperbarui: 20 Maret 2017   23:25 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Kamu yakin orang desa bisa mengatur duit segitu? Kalau menghabiskan sih gampang.” Saya mencoba meragukan pendapatnya.

“Kalau sekarang, undang-undang ini masih baru, Pak. Butuh penyesuaian. Adaptasi.” Katanya masih dengan semangat muda.

Katanya, lima tahun lagi tidak akan ada warga desa ini yang susah-susah cari kerja di Arab, Malaysia, atau Hongkong. Mereka akan betah di kampung, memproduksi ini itu untuk dijual ke negara-negara pengimpor TKI. Kita akan menjadi warga desa yang tidak diremehkan oleh mereka yang merasa bisa membeli kita.

“Wah, kamu memang anak muda yang tergolong idealis Jack. Kamu sedang terkesima. Kalau duit itu dikorupsi kepala desa atau cariknya atau bendahara desanya atau digerogoti ramai-ramai?” Saya memberi kemungkinan lain.

“Ya, bapak memang tergolong orang tua. Orang tua suka pesimis sih.” Sekali lagi Jack menyeringai.

“Melaksanakan undang-undang desa ini, ibaratnya orang lagi belajar naik sepeda.” Jack meneruskan. “Ia perlu dituntun, diajari, didampingi. Salah itu biasa. Kecuali kalau ia sudah bisa naik sepeda, kemudian kebut-kebutan dan kejlungup, kita tinggal bilang: kapokmu kapan.”

Saya katakan kepada Jack, kalau sekedar omongan gampang, tapi melaksanakan itu berat. Semua orang lagi belajar, lantas siapa yang mendampingi, mengajari orang desa mengelola duit besar itu.

“Kan, ada pendamping desa?” Potongnya.

“Apa ada pendamping desa yang sudah fasih undang-undang desa dan pelaksanaanya?” Saya bicara sungguh-sungguh.

“Kan ada saya? Haha..” Wajahnya tampak menyala, seperti menyimpan api harapan. “Ingat Pak, ada saya.” Katanya lagi sambil ngeloyor pulang. Air mukanya berseri.

“Jack! Kamu mau jadi pendamping desa?” Teriak saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun