Mak Gendut, diikuti beberapa orang lainnya, bergegas balik ke onggokan potongan daun telinga itu.
Namun, ketika ia sampai di dekat onggokan potongan daun telinga itu, kegaduhan terjadi laur biasa. Seperti dentuman mercon yang sumbunya memal.
“Telinganya hilang! Telinganya hilang!” teriak Mak Gendut.
Orang-orang langsung mengepung. Linmas lari secepat jet A320, ke lokasi hilangnya potongan daun telinga. Tak lama setelah Linmas mengamankan situasi, seekor tikus melompat dari rerumputan. Di sela-sela rumput itu, potongan daun telinga itu berpindah tempat, posisinya tengkurap, tidak tengada seperti di bibir selokan tadi. Rupanya tikus berusaha merebut potongan daun telinga itu.
Sekarang Linmas yang menjaga potongan daun telinga.
Orang-orang memiliki perasaan yang berbeda-beda tentang potongan daun telinga itu.
“Mengapa telinga itu harus dipotong?”
“Kasihan pemilik telinga itu, ya...”
“Apa tidak bodoh! Siapa tahu yang memotong daun telinga itu pemiliknya sendiri.”
Orang-orang terdiam. Saling berpandangan.
Aku terdiam. Memandang mereka dari jendela yang tertutup gorden separuh badan.