Mohon tunggu...
Iman Suwongso
Iman Suwongso Mohon Tunggu... Penulis/Wartawan -

Ketika angin berhembus kutangkap jadi kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Jangan Masukkan Ranting-ranting dalam Terali

10 April 2016   10:07 Diperbarui: 10 April 2016   21:07 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bawon mulai mencoba menemukan jalan agar bisa membantu Kam memperoleh tambahan. Bawon membuat layang-layang. Kerangkanya sudah selesai sepuluh biji. Memang masih hanya bisa membuat kerangkanya dengan bahan yang tidak membeli. Bawon memperoleh bambu dari sisa-sisa pagar milik tetangga. Benang diperoleh dari gulungan yang tergeletak di pojok rumah. Mungkin benangnya Min yang diperoleh dari layang-layang putus.

Menjelang tengah hari Zal muncul di gang kecil di depan rumah. Ia berlari-lari kecil mencari Min. Ia menggenggam beberapa batang permen cap kaki. Dua batang diberikan kepada Min. Anak kelas tiga ini menyambutnya dengan perasaan gembira.

Bawon was-was menyaksikan Zal menghisap permennya. Dari mana dia dapat uang? Dia sudah tidak pernah mendapat uang jajan lagi. Sesen pun tidak. Tapi Bawon tidak tega menegurnya. Jangan-jangan… Ah! Bawon tidak berharap dia melakukannya, sesulit apa pun keadaan mereka.

Bawon hampir menyelesaikan 20 kerangka saat Zal berdiri di depannya. Zal melihat bapaknya dengan mata terbelalak. Wajahnya seperti menyala. “Dijual Pak, biar dapat uang,” katanya, sambil melepas permen cap kaki dari mulutnya. Bawon agak terkejut mendengar usul anak itu. Ia sudah mulai berpikir bagaimana caranya memperoleh uang.

“Ya. Tapi tunggu modal untuk membeli kertasnya,” kata Bawon sambil melilit benang.

“Ini Pak, modalnya. Beli kertas secukupnya dulu.” Zal menyodorkan empat lembar uang ribuan. Bawon melotot padanya. Matanya berkaca-kaca.

“Kamu dapat dari mana, Zal?”

Zal mengeluarkan tutup botol yang dipipihkan dari dalam sakunya. Tutup botol pipih itu dirangkai dengan paku menjadi perkusi ecek-ecek. Kata Zal, ia gunakan ngamen di perempatan dekat alun-alun. Jauh sekali, pikir Bawon. Jaraknya dari rumah ada enam kilometer.

Bawon menarik napas. Menahan linang air mata. Zal berlompatan riang pergi ke toko Wak Geng untuk membeli kertas layang-layang.

***

Hari ini Kam pulang setelah matahari menggelincir dari puncak kepala. Ia membanting seikat kayu dari sunggiannya di halaman rumah. Kali ini Bawon dibuat terperangah. Tidak biasanya Kam mencari kayu bakar. Apa mau beralih masak dengan kayu bakar? Namun, sehabis membanting seikat kayu itu, Kam pergi lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun