Mohon tunggu...
Iman Rohiman
Iman Rohiman Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Agribisnis yang belum punya bisnis

Hanya iseng nulis

Selanjutnya

Tutup

Money

Salak Mandong, Salak Organik Majalengka

18 Desember 2021   17:01 Diperbarui: 18 Desember 2021   17:05 782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salak mandong organik | poto : Iman Rohiman

Salak mandong merupakan salah satu unggulan komoditi pertanian di Majalengka, tepatnya di Desa Indrakila Kecamatan Sindang Kabupaten Majalengka yang mana sebagian pencarian warganya didapat dari hasil panen salak mandong ini.

Ketua Kelompok Tani Muncang Poek | Poto : Iman Rohiman 
Ketua Kelompok Tani Muncang Poek | Poto : Iman Rohiman 
Menurut Ketua Kelompok Tani Muncang Poek yaitu Feri Iskandar, salak mandong berasal dari bibit awalnya dibawa dari Sleman dan ditanam di Sondong (areal kebun di Desa Indrakila) maka, mandong merupakan akronim dari Sleman dan Sondong. 

Salak ini sama kaya salak pondoh pada umumnya namun karena di tanam di daerah Indrakila mempunyai kekhasan tersendiri dibanding dengan salak pondoh lainnya maka salak ini mempunyai nilai tersendiri.

Berawal dari tahun 2003 petani di Desa Indrakila sudah menanam salak jenis ini. Namun pada saat itu tidak sebanyak sekarang. Pada awalnya masyarakat Indrakila berpenghasilan dari kegiatan menanam tanaman keras, namun sejak ada petani yang mengseriuskan kegiatan usahatani salak mandong di tambah dengan sejak 2018 tersetifikasi sebagai salak organik dan menjadi pengembangan desa pertanian organik maka desa ini menjadi pengahasil salak dan beralih tanam ke tanaman salak. 

Dari hasil panen salak ternyata lebih menguntungkan dibanding dengan tanaman keras maka tak heran jika salak lebih menguntungkan secara ekonomi.

Saat ini para warga sekitar menanam salak ini hampir seluas 10 Ha. Selain itu juga rencananya hamparan salak ini akan dijadikan kawasan agrowisata. Harapannya kawasan ini menjadi daya tarik wisata serta peningkatan ekonomi daerah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun