Mohon tunggu...
Iman Ni'matullah
Iman Ni'matullah Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Praktisi Bank Syariah & Aktifis Pusat Pelatihan Wirausaha

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Tak Ada Poster Gubernur Narsis di China

1 Mei 2012   06:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:53 580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak terasa waktu sudah jam 15.00. Kami meluncur ke bandara Qingdao. Teringat jika Kami belum shalat. Saya minta kepada Miss Song untuk dicarikan masjid. Miss song langsung meminta sopir berbalik arah mencari masjid yang jaraknya sekitar 10 km dari sini.

Masjid yang indah. Berdiri di atas tanah berbukit. Berkubah kuning dengan 4 menara. Di halaman masjid terdapat banyak tenda pedagang yang berjualan makanan halal. Kebanyakan adalah daging kambing dan sapi yang disembelih dengan cara syariah. Banyak spanduk terpancang di sisi-sisi jalan berisi asmaul husna dalam tulisan Arab.

Selesai shalat, pengurus masjid dengan wajah asli china menyapa kami dengan bahasa Arab. "Assalaamu'alaikum, marhaban bihudhuurikum, ismii sholih". "Wa'alaikumussalam, ismii Iman Ni'matullah, Nahnu min Indonesia".

Karena hanya diberi waktu 15 menit oleh Miss Song. Kami bergegas menuju mobil di parkiran. Tentu saja setelah ambil gambar-gambar menarik. Sambil sedikit narsis dan bergaya. "Untuk Update status facebook" kata Pak Tatang.

Jadwal penerbangan kami ke Beijing pukul 19.00, sementara saat ini masih pukul 16.00. Karena itu, Miss Song mengajak kami makan sore di restoran Korea.

Kami diminta memilih menu yang disuka. Saya meneliti daftar menu. Pilihan saya jatuh di gambar mangkuk berisi kuah berwarna merah di bawahnya terdapat tulisan Tofu & Seafood. Sepertinya enak. Halal, Panas, dan Pedas. Kelihaian Chef Korea membuat lidah saya menari-nari dalam kelezatan. Tak lupa kami memesan sayuran segar yang disiram dengan salad kacang. Nikmat sekali.

Kami tiba di Bandara Qing Dao jam 17.30. Di sana sini terdapat display promosi Provinsi Shandong dengan tagline "Friendly Shandong" Shandong yang bersahabat. Tak ada gambar foto gubernur. Mereka bukan tipe pejabat narsis rupanya. Bandara ini sangat ramai. Orang-orang berlalu lalang menyeret koper yang terkunci. Kesan saya pada Bandara ini adalah bersih, modern, dan tertib.

Kami check-in di counter Maskapai Shandong Air. Boarding pas kami dapatkan. Koper kami masukkan ke Bagasi. Kami hanya membawa tas kecil berisi passport, Handphone, dan uang dollar tunai.

Maskapai Shandong Air ini layaknya Sriwijaya Air di Indonesia. Penerbangan domestik dengan pesawat ukuran sedang. Para penumpang diberikan air mineral dan roti hangat. Saya ambil majalah di depan kursi. Hanya dapat melihat gambar-gambar. Semua hurufnya berbahasa Mandarin. Kabut menyelimuti langit Shandong dan berhasil membuat pesawat yang saya tumpangi mengalami turbulensi berkali-kali. Saya komat-kamit mengingat anak isteri di rumah.

Butuh waktu 1 jam 20 menit penerbangan dari Qing Dao ke Beijing. Pesawat mendarat mulus di Bandara Beijing. Hawa dingin musim semi menyergap kami. Seorang wanita muda berambut pirang mengacungkan papan nama bertuliskan Mr. Tatang Suardy, nama teman saya. Kami mendekatinya. "Nice to meet you. My Name is Lina. Call me Miss Lina".

Miss Lina adalah seorang interpreter yang ditugaskan oleh perusahaan pabrikan instrumen listrik Beijing untuk menemani kami selama di Ibu Kota China ini. Dia lulusan sekolah Bahasa. Berusia 26 tahun. Ramah dan Ceria.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun