SBY
2005: Rp 1.810 naik jadi Rp 2.400
2005: Rp 2.400 naik jadi Rp 4.500
2008: Rp 4.500 naik jadi Rp 6.000
2008: Rp 6.000 turun ke Rp 5.500
2008: Rp 5.500 turun ke Rp 5.000
2009: Rp 5.000 turun ke Rp 4.500
Terakhir, dan terbaru Jokowi: 2014: Rp 8500 - Sekarang
Nah yang jadi pertanyaan, sudah tepatkah subsidi yang kita lakukan? Perhatikan gambar di bawah ini:
Berdasarkan grafis di atas, penulis setuju kalau BBM di naik kan. Alasannya..? Sudah jelas lah bahwa subsudi yang selama ini kita terapkan sangat-sangat tidak tepat sasaran. Selama ini masyarakat sudah terlena dengan "kemanjaan" yang selama ini mereka rasakan. "Ahh, enakan dulu yah, semua serba murah gak seperti sekarang apa-apa mahal..". Mungkin itu celetukan-celetukan yang selama ini kita dengar, yang selalu mengudara di telinga masyarakat indonesia.
Kembali ke pembahasan di atas, rakyat menginginkan, semua fasilitas umum dan pelayanan di berikan untuk rakyat, agar rakyat selalu di perhatikan. Nah bagaimana mau memperhatikan agar rakyat mendapatkan kehidupan yang layak, bila anggaran yang ada justru di pakai untuk men "diskon" rakyat dalam hal BBM, bagaimana negara bisa membangun infrastruktur, kalau masyarakan lebih memilih turun ke jalan, berdemo, turunkan harga BBM, tidak pro rakyat, menghancurkan fasilitas umum, lalu setelah hancur semua negara harus membangun kembali fasilitas umum yang sudah kalian hancurkan..? trus anggarannya darimana..? kan sudah lari buat men "diskon" BBM. lambatnya pembangunan infrastruktur di indonesia di akibatkan oleh anggaran yang sempit sehingga menyulitkan pemerintahan Jokowi.
Mengutip pernyataan Jokowi, "Kalah dengan subsidi BBM," ujarnya. "Setiap hari kita bakar, bakar, bakar terus, tapi yang justru penting, kesehatan dan infrastruktur, jauh dari subsidi BBM."
Selain itu, Jokowi melanjutkan, sebanyak 71 persen pengguna subsidi BBM adalah kalangan ekonomi menengah ke atas. Atas berbagai pertimbangan itu, Jokowi ingin mengubah kebijakan anggaran subsidi BBM dengan mengalihkan subsidi itu ke sektor lain. "Ini yang segera kami ubah," kata Jokowi.
Sudah saatnya masyarakat Indonesia melek mata, sudah saatnya bangun dari "kemanjaan" yang sudah berlangsung bertahun-tahun. Bila pemotongan subsidi oleh pemerintah semata -mata benar di alihkan untuk kesejahteraan rakyat, kenapa kita harus mendemo, menghujat, dan berbuat anarkis. Toh nanti kita, kalian, dan masyarakat luas dan kaum minoritas juga yang merasakan dan menikmatinya benih kesejahteraan yang telah di tanam.
Penulis bukan mendukung salah satu kebijakan koalisi manapun, namun bila akhirnya semua di lakukan dan dirasakan juga di nikmati oleh rakyat nantinya, ada baiknya lebih baik kita "diam" untuk sementara, sembari tetap mengawal kebijakan yang telah diterapkan.
Source: From all sources
Pics: Gambar 1 design pribadi, gambar 2 selasar.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H