Mohon tunggu...
Iman kandias
Iman kandias Mohon Tunggu... Penulis - Dialektika tumbuh bersama tawa

Bersahabat tanpa kelas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Di Antara Kematian dan Kebangkitan

26 Desember 2019   07:22 Diperbarui: 26 Desember 2019   07:22 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hari ini kita sudah mengetahui apabila ditanya apa itu kematian dan apa itu kebangkitan. Sebuah kalimat yang didalamnya terdapat konotasi negatif dan positif. Kalimat diantara kematian dan kebangkitan cocok kita sandingkan untuk para kaum milenials, masyarakat yang cenderung akan erat dengan teknologi dan fashion modern. Namun kaum milenials sepertinya masih belum siap akan kebangkitannya dengan teknologi. Tentu jika milenials dapat memgambil dan memanfaatkan percepatan di zaman ini yang terjadi mungkin akan berbeda dengan kenyataan sekarang.

Organisasi Perburuhan Internasional (ILO)  pada tahun 2017 Anak muda berusia 15-24 tahun ini tidak bekerja, tetapi bisa bekerja dan sedang mencari pekerjaan, termasuk mereka yang baru saja keluar dari pekerjaan karena kemauan sendiri dan mereka yang kehilangan pekerjaan.

 Selanjutnya, Kematian ini kemungkinan besar terjadi adalah kemunduran etika yang terus terjadi dan menjadi poin penting di dalam kebangkitan era baru di budaya sosial sekarang. Kebudayaan-kebudayaan bangsa sekarang sudah mulai luntur dari masyarakat kita karena masyarakat kita khususnya para pemuda lebih condong senang meniru budaya-budaya luar dari pada budaya asli kita sendiri.

Sebagai contoh para remaja putri atau pemudi kita lebih senang meniru memakai celana pendek seperti remaja putri atau pemudi bule yang ternyata merupakan kebudayaan barat yang mereka anggap dapat membuat mereka lebih cantik dari pada memakai pakaian yang menutup anggota tubuh yang merupakan salah ciri khas kita sebagai negara yang penuh sopan santun dan keramahannya.

Remaja sekarang ini berbeda jauh dengan remaja-remaja zaman dulu. Jika remaja dulu cenderung aktif, kreatif, ulet dan mau berusaha sedangkan remaja sekarang ini sudah dimanjakan dengan peralatan serba canggih dan makanan instan, dan kebanyakan tidak mau berusaha dengan keras, sebagi generasi penerus hendaknya kita harus berusaha lebih keras . Zaman yang serba ada ternyata mampu membuat seorang menjadi pemalas dan lamban dalam berfikir serta bertindak.

Makna Kebangkitan juga tak lepas bagi kaum milenials yaitu dengan moment 4.0 didalam pasar bebas pada saat sekarang ini. Para milenials yang masih dikategorikan fresh tersebut inilah yang akan menjadi tenaga baru untuk membentuk suatu perdaban berbasis teknologi kepada masyarakat luas, salah satunya memperkenalkan budaya yang ada di indonesia.

Hal ini tentu membuat para orang tua harus bekerja extra (inovatif) didalam mengembangkan teknologi sekarang untuk kepentingan pribadi dan kelompok masyarakat sekarang. Dalam hal tersebut orang tua memiliki kecenderungan bangsa yang tertinggal didalam perkembangan intisari untuk memanfaatkan media sosial ataupun internet. Tentu ini menjadi kematian zaman bagi mereka yang cenderung tidak nampak di dalam kehidupan sekarang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun