[caption caption="gaya foto selfie kekinian dengan latar langit biru di Candi Ijo"][/caption]
Setelah masuk komplek Candi Ijo hal pertama yang dicari adalah spot berfoto. Prilaku baru setelah gadget berkamera banyak dimiliki dan dipakai untuk keperluan sehari-hari. Itulah yang saya lakukan. Berkeliling sebentar merasakan kesegaran suasana sampai menemukan satu spot menarik . bila berfoto di spot tersebut latarnya adalah langit biru. Asyiik kan.
Bukan hanya itu, waktu saya masuk ke komplek candi tidak dipungut biaya apapun hanya diminta tandatangan buku tamu. Penjaganya ramah dan bilang kepada para pendatang untuk tidak sembarang menjamah, tidak boleh sembarang buang sampah karena sudah disediakan tempatnya. Siap donk, ya ga?
Kalau kebelet pengen buang hajat ada toilet dengan air yang jernih disebelah kantor cagar budaya candi ini. Kalau bawa kendaraan di sebrang jalan komplek candi ada tempat parkir dan warung kecil. Saya sarankan beli air minum botolan di sini kalau belum bawa sendiri. Dengan adanya tempat pemenuhan kebutuhan standar artinya tempat ini cukup layak sebagai destinasi wisata.
Waktu saya datang tidak terlalu banyak pengunjung mungkin karena bukan hari libur. Kalau sedikit memperhatikan yang datang kebanyakan anak muda berpasangan. Bisa jadi itu sebuah ciri tempat ini cukup romatis atau bisa jadi karena gratis.
Atau bisa jadi suasana romatis tersebut karena posisi candi ini berada di ketinggian. katanya ketinggian rata-rata 375 meter di atas permukaan laut. Bisa jadi juga karena candi utamanya berisi artepak Lingga-Yoni. Simbol suatu kehidupan. gambaran tentang sifat lelaki dan perempuan. Loh, apa hubungan dengan anak muda berpasangan ya? Hubungkan sendiri aja. :D
Konon ukuran Lingga-Yoni nya terbesar di Indonesia. Karena besarnya ukuran tersebut, sebagian pengamat candi mengatakan bahwa hal tersebut menandakan besarnya pemujaan terhadap Dewa Siwa dan Dewi Parwati (istrinya) yang selalu di representasikan dengan Lingga-yoni.
[caption caption="Melihat panorama indah dari Candi Ijo, Yogyakarta"]
Oh ya, Candi Ijo termasuk sebuah kompleks percandian bercorak Hindu. Walaupun dibeberapa artefaknya kelihatan juga ada pengaruh Budha nya. Misalnya adanya relif Kala Makara, kepala ganda, yang ada di pintu masuk candi yang biasa nya juga sering ditemukan di candi Budha.
 Menurut catatan badan Purbakala yang ditulis di papan pengumuman di pintu masuk Candi Ijo, diperkirakan candi ini dibangun abad ke-10 sampai abad ke-11 Masehi. Artinya kalau benar dibangun di era itu, candi ini masuk jenis bangunan yang dibangun pada periode Mataram awal. Berarti sekarang umurnya udah seribu tahunan. Tua bingits.
Konon katanya diberi nama Candi Ijo karena candi ini berada di Gumuk Ijo atau bukit yang hijau. Dan meamang kalau kita sedang ada di area ini kemudian melihat ke arah barat, kita akan melihat panorama indah. Bentang alam dan pesawahan. Di musim-musim cerah seperti ini, akan terlihat bentang hijau, awan putih dan langut biru.
Candi Ijo terletak di Dukuh Groyokan, Desa Sambirejo, kec. Prambanan, Sleman, Yogyakarta. Candi ini berada di lereng barat sebuah bukit yang masih merupakan bagian perbukitan Batur Agung, kira-kira sekitar 4 kilometer arah tenggara Candi Ratu Boko.
Dataran tempat kompleks utama candi memiliki luas sekitar 0,8 hektare, namun kuat dugaan bahwa kompleks percandian Ijo jauh lebih luas, dan menjorok ke barat dan utara. Dugaan itu didasarkan pada kenyataan bahwa ketika lereng bukit Candi Ijo di sebelah timur dan sebelah utara ditambang oleh penduduk, banyak ditemukan artefak yang mempunyai kaitan dengan candi.
Secara keseluruhan, kompleks candi merupakan teras-teras berundak, dengan bagian terbawah di sisi barat dan bagian tertinggi berada pada sisi timur, mengikuti kontur bukit. Kompleks percandian utama berada pada ujung timur. Di bagian barat terdapat reruntuhan bangunan candi yang masih dalam proses ekskavasi dan belum dipugar. Setelah disela oleh kebun kecil, terdapat teras yang lebih tinggi dengan cukup banyak reruntuhan yang diperkirakan berasal dari sekumpulan candi-candi pemujaan kecil (candi perwara). Salah satu candi ini telah dipugar pada tahun 2013.
Kompleks percandian utama terletak di bagian timur menempati teras tertinggi. Di bagian ini ada candi induk (satu telah dipugar), candi pengapit, dan candi perwara. Candi induk yang sudah selesai dipugar menghadap ke barat. Di hadapannya berjajar tiga candi yang lebih kecil ukurannya yang diduga dibangun untuk memuja Trimurti: Brahma, Wisnu, dan Syiwa. Ketiga candi perwara ini menghadap ke arah candi utama.
Untuk lebih mendalami informasi berkaitan dnegan candi Ijo ini saya sarankan googling aja ya. Udah banyak kok informasinya.
Sedang untuk menuju ke lokasi ini juga saya kira mudah karena ada plang penunjuk arah walaupun tidak banyak. Kalau kehilangan arah jangan lupa bertanya ke penduduk setempat. Tapi bagi anda penganut ‘lebih baik tersesat daripada bertanya malu-maluin’ saya uapkan selamat berpetualang. Cag ah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H