"Untuk siapakah, tiba-tiba terpikir dan tertanyakan sendiri olehnya, buku harian ini dia tulis? Untuk masa depan, untuk yang belum lahir."
(George Orwell, 1984)
Lebih dari dua puluh tahun yang lalu Osama bin Laden menulis sepucuk surat, "a Letter to America." Harian the Guardians mempublikasikannya pada 24 November 2002.
Tak banyak orang yang menaruh perhatian pada surat tersebut saat itu. Tentu tidak banyak berpengaruh juga terhadap persepsi mereka atas sokongan penuh pemerintah AS kepada Israel yang mengakibatkan krisis kemanusiaan di Palestina dan keterlibatan negara Paman Sam itu dalam banyak konflik lainnya di berbagai belahan dunia.
Pesan dalam surat itu seolah hanya sampai kepada sedikit kalangan intelektual AS yang memang telah lama bersikap kritis terhadap kebijakan pemerintahnya, seperti Noam Chomsky, Norman Finkelstein, Ron Paul dan segelintir aktivis kemanusiaan.
Dua dekade berlalu, surat itu akhirnya sampai kepada publik Amerika melalui Tiktok, dan viral di banyak platform media sosial lainnya.
Di tengah genosida Israel atas bangsa Palestina dan kebisuan pemimpin dunia terhadap tragedi kemanusiaan itu, para Zoomers (Gen Z) Amerika membincang pesan dalam surat itu.
"Semua yang kita pelajari tentang Timur Tengah, 9/11 dan 'terorisme' adalah kebohongan," ujar @leslierae sebagaimana dikutip Time (Jumat, 16/11/2023).
Dalam video yang diunggah @samparkersenate di akun X-nya, pengguna lain mengomentari surat tersebut dan mengatakan, "di bawah kolonialisme, semua bentuk perlawanan dilabeli terorisme."
Dalam "a Letter to America", Osama, pria paling dicari oleh AS saat itu, pada dasarnya menguraikan alasan perlawanan dan penentangannya terhadap Amerika, sebuah pesan yang---meski mungkin kita tidak setuju dengan pilihannya---merupakan sebuah peringatan atas arogansi AS dan invervensinya di banyak negara dan masyarakat di dunia.