Perkembangan teknologi informasi dengan segala dampak positif dan negatifnya telah mempengaruhi tatanan kehidupan masyarakat Indonesia. Maraknya pornografi dan munculnya masyarakat hedonisme telah mengikis peradaban manusia Indonesia, yang dikenal santun dan syarat nilai. kemudian terjadilah pergeseran nilai nilai luhur yang merebak dikalangan masyarakat Indonesia khususnya generasi muda.
Fenomena ini dikenal dengan istilah Krisis Identitas. Meski disana sini masih dapat kita jumpai pelajar pelajar berprestasi, namun dalam skala besar telah terjadi krisis Identitas dikalangan pemuda. Fenomena ini pun telah memaksa pemerintah untuk mengambil kebijakan kebijakan guna mengurangi sekaligus mengantisipasi dampak yang lebih parah dari kemajuan teknologi informasi. Â Salah satunya adalah dengan pembinaan karakter.
Keseriusan pemerintah tentang pembinaan karakter dapat kita lihat dengan dimasukannya pendidikan karakter dalam pembelajaran, melalui pembiasaan, maupun melalui kegiatan ekstrakurikuler. Dengan demikian maka diharapkan penanaman nilai nilai luhur menjadi lebih kuat. Pendidikan karakter mutlak diperlukan dalam dunia pendidikan. Karena keberhasilan pendidikan bukan hanya dilihat dari perestasi belajarnya saja tetapi harus mengacu pada tujuan pendidikan nasional. yaitu terciptanya manusia Indonesia yang seutuhnya.
Bicara pendidikan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler pemerintah tidak tanggung tanggung membuat kebijakan dengan menghadirkan produk UU No.12 Tahn 2010 tentang gerakan pramuka. Kemudian muncul pertanyaan kenapa harus pramuka ?  ada apa dengan Pramuka  hingga dibuatkan Undang Undang Khusus yang mengatur Gerakan Pramuka ?
Sebuah pertanyaan yang perlu dijawab dengan pengkajian lebih dalam. Untuk menjawab pertanyaan tersebut silahkan baca sejarah perkembangan gerakan pramuka di Indonesia. Dari situlah dapat kita simpulkan bahwa Gerakan pramuka merupakan gerakan kaum muda yang dari awal perkembangannya tetap konsisten pada pembinaan karakter kebangsaan. Pembinaan karakter dalam pramuka telah terangkum dalam satya dan darmanya.
Fenomena yang terjadi dilapangan minat pelajar terhadap kegiatan kepramukaan masih dirasa kurang, hal ini disebabkan karena banyak faktor antara lain :
1. image bahwa pramuka itu identik dengan tepuk tepuk dan nyanyi.
2. Belum adanya pembina pramuka yang kompeten dibidangnya.
3. Peran Top Leader sekolah sebagai penentu kebijakan disekolah kurang mendukung.
Tiga hal di atas yang menghambat perkembangan gerakan pramuka sebagai salah satu lini pendidikan karakter. Diberbagai Gugus depan yang telah memiliki pembina yang kompeten dan top leader yang mendukung kegiatan pramuka, mampu membuat warna institusinya dan bahkan mampu menjadi motor pada kegiatan lainya.
Alhamdulillah di Indonesia dengan adanya gerakan pramuka diharapkan mampu memberikan kontribusi nyata bagi tercapaianya tujuan pendidikan nasional secara umum dan sebagai tindak antisipasi terjadinya krisis Identitas  berbangsa dan bernegara. Satu Pramuk untuk satu Indonesia, Jayalah Merah Putih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H