Mohon tunggu...
iman firdaus
iman firdaus Mohon Tunggu... -

Lahir di Bandung dan kini tinggal di Jakarta. Selain nonton wayang dan naik sepeda, menulis jadi hobi sekaligus pekerjaan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jembatan

13 Januari 2014   10:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:53 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya selalu kagum kepada para pembuat jembatan. Mereka membangun sarana untuk menghubungkan dua wilayah yang terpisahkan oleh sungai, baik sungai lebar ataupun kecil. Kebetulan pula saat masih kecil, rumah saya tak jauh dari jembatan,  yang menghubungkan dua rukun tetangga (RT) yang lebarnya tak lebih dari 3 meter saja. Di bawahnya air mengalir meski tidak deras.  Saya melewatai jembatan itu hampir setiap hari terutama untuk berangkat sekolah. Jembatan itu masih kokoh berdiri sampai sekarang.

Hingga kini,  bila lewat jembatan di mana pun berada, saya akan menengok ke kiri dan kanan, lalu ke bawah tempat air mengalir. Pengalaman yang personal ini bisa jadi dialami bukan hanya oleh saya, tapi juga yang lain.  Dan ternyata, setiap jembatan punya kisah berbeda-beda.

Setiap kali datang ke Jakarta Utara dan Ancol, saya selalu ingin tahu dimanakah "si manis"' yang selalu menampakan diri  Jembatan  Ancol itu? Tidak ada yang tahu persis. Kabarnya, di dekat pintu masuk tempat wisata Ancol.

Di Jakarta, memang cukup banyak jembatan dengan berbagai nama. Di kawasan Pekojan, ada "jembatan kambing"  yang sering dilalui kambing karena kebetulan kawasan ini dipenuhi warga keturunan Arab yang doyan kambing.

Nama jembatan merah ternyata bukan hanya ada di Surabaya yang terkenal itu, tapi juga di Bogor. Catnya memang berwarna merah. Ketika saya melalui jembatan merah di  Bogor agak padat karena banyak kendaraan dan para pedagang kaki lima.  Di Kebun Raya Bogor ada jembatan gantung yang disangga oleh tali baja. Orang yang melintas akan merasakan sensasi bergoyang dan sedikit rasa takut.  Tapi banyak orang berfoto di sana karena pemandangannya lumayan bagus.

Di Pulau Tidung Kepulauan Seribu ada "jembatan cinta' yang terbuat dari kayu dan mengubungkan dua pulau. Di atas jembatan itu, ada orang-orang yang terjun bebas meluncur ke laut. Katanya, sambil menyebut keinginan terhadap kekasih atau pasangannya.

Singkatnya di berbagai kota dan provinsi selalu ada jembatan dengan kisah dan mitosnya sendiri-sendiri. Ada warga yang peduli pada jembatannya dan menjadikan ikon sebuah kota, ada pula yang acuh saja. di Provinsi Banten ada jembatan gantung yang sudah rusak sehingga para murid harus meniti jembatan rusak itu dengan mempertaruhkan nyawanya. Tentu saja Banten bukan satu-satunya provinsi yang punya  jembatan rusak di tanah air kita. Kita masih ingat dengan Jembatan Kutai Kertanegara di Kalimantan Timur  yang roboh dan menelan banyak korban nyawa pada dua tahun silam. Padahal, jembatan yang menghubungkan Kota Tenggarong dan Tenggarong selatan ini merupakan jembatan gantung terpanjang di Indonesia, 710 meter.

Dalam bayangan saya, mungkin bagus juga bila ada kumpulam foto dan cerita jembatan-jembatan di seluruh Indonesia, seperti jembatan Ampera, Jembatan Barelang, atau Jembatan Barito yang terkenal itu. Ya,siapa tahu suatu hari Indonesia dikenal karena jembatan-jembatannya yang cantik?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun