Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama sudah mengundurkan diri dari partai pengusungnya, Gerindra. Ahok, sapaaan lelaki asal Belitung, itu mengatakan hubungannya dengan Partai Gerindra sudah berakhir. Sebagai warga Jakarta saya mengira, dan juga berharap, semua akan berakhir seperti berakhirnya orang berpacaran. Tidak perlu lagi ada saling menyindir, mengejek bahkan memojokan. Toh, keluar dari pertai politik merupakan hak semua orang. Semua harus tepo seliro.
Tapi dugaan saya meleset. Ahok terus menerus mengungkapkan kejengkelannya pada Partai Gerindra dengan gaya khasnya. Dia merespon semua omongan dan komentar para petinggi partai berlambang kepala burung garuda itu. Jika saling ejek ini tak dihentikan, terus dilayani, dampaknya sangat buruk bagi warga Jakarta. Dalam kasus keluarnya Ahok dari Gerindra, saya berharap dia menutup mulut rapat-rapat setelah surat pengunduran diri disampaikan. Ibarat orang yang bercerai, tak perlu lagi mengungkit keburukan pasangan. Ini untuk memberi pelajaran kepada publik, khususnya warga Jakarta, bahwa persoalan Ahok dan Gerindra sudah selesai. Kini Ahok adalah Plt Gubernur tak berpartai yang harus bekerja keras mengurus Jakarta.
Namun dalam dua hari ini, saya justeru dibuat tak nyaman dengan pernyataan-pernyataan Ahok yang terus "membuka front". Lalu apakah Ahok tidak perlu merespon omongan para petinggi Gerindra? Menurut saya, sekali lagi sebagai warga Jakarta, jawabannya "tidak usah direspon". Toh, Ahok dan Gerindra sudah tidak ada hubungan lagi. Kecuali kalau Ahok mau nyari kesibukan (tapi masa nyari kesibukan ngomentari omongan orang?). Dan dengan tidak merespon omongan politisi, menjadi tanda bahwa Ahok benar-benar pemimpin daerah non partai seperti yang dia inginkan.
Saya hanya berharap, Ahok menghentikan persteruan dengan Gerindra. Dan mulai besok, komentar dia sudah memperlihatkan kapasitas sebagai kepala pemerintahan yang hebat. Misalnya, "Oke, jalur pedestarian akan segera saya perbaiki supaya orang nyaman kalau jalan kaki." Atau, "Bagi pengguna sepeda, jalur sepeda akan saya perbanyak supaya Anda senang ke mana-mana naik sepeda."Â Bisa juga, "Oya, saya pernah janji waktu kampanye, marbot masjid akan pergi umroh. Silakan daftar, segera saya berangkatkan tahun ini." Bagaimana dengan tempat rekreasi? "Tepat, masuk Ancol harus gratis. Saya pernah katakan itu. Kebun Binatang akan saya buat seperti di Singapura."
Tapi kemacetan semakin menggila dan banjir belum berhenti mengancam? "Ya, memang butuh waktu. Tapi percayalah, saya akan terus berusaha membereskan kemacetan dan mengurangi risiko banjir. Doakan saya."Â Seandainya, ya seandainya besok lusa komentar Ahok kira-kira seperti itu, saya semakin yakin bahwa ada pemimpin yang berani omong dan berani melawan partai politik dan membuktikan dengan kerja keras. Sekali lagi kerja keras. Bukan omong keras.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H