Kita yang tinggal dan hidup di bumi nusantara yang indah dan permai ini, khususnya yang sedang menyandang penyakit yang dapat menjadi komorbid atau penyakit penyerta bagi infeksi Covid-19, harus juga bersiap diri menghadapi serangan Omicron.
Komorbid atau penyakit penyerta pada pasien Covid-19 adalah penyakit yang diketahui dapat meningkatkan risiko keparahan infeksi. Dilansir dari suara.com, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes RI, dr. Siti Nadia Tarmizi, mengatakan bahwa diabetes mendominasi pada kasus pasien Covid-19 yang dilaporkan meninggal dunia berdasarkan situasi di Indonesia pada Oktober 2021.
"Hasil Laporan Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kemenkes RI per 30 Oktober 2021, kasus meninggal berdasarkan komorbid diabetes jadi yang terbanyak mencapai 560 kasus."
Penyakit penyerta atau komorbid yang kedua setelah diabetes adalah hipertensi (543 kasus), lalu disusul oleh pneumonia (345 kasus), gangguan jantung (284 kasus) dan ginjal (121 kasus).
Mungkin kamu bertanya, kok bisa-bisanya komorbid diabetes pada pasien Covid-19 itu menjadi yang paling teratas dalam meningkatkan risiko keparahan infeksi dan bahkan sampai paling banyak menyebabkan pasien meninggal dunia? Apa yang terjadi pada tubuh seorang penderita diabetes?
Itu juga menjadi rasa penasaran saya untuk mengetahuinya. Maklumlah, saya 'kan seorang penyandang diabetes. Jadi ada rasa kepo alias pengen tahu banget untuk mengetahuinya.
Dilansir dari pubmed.ncbi.nlm.nih.gov, Afiat Berbudi dkk menuliskan bahwa hiperglikemia merupakan kondisi yang diyakini menjadi penyebab terjadinya disfungsi respon imun sehingga gagal mengendalikan atau menghalau serangan mikroorganisme penyebab penyakit.
Karena itu, mengendalikan kadar gula darah bagi seorang diabetesi adalah sebuah keharusan. Bukan cuma sekali atau beberapa kali kalau pas hati lagi pengen saja, tapi harus setiap hari dengan rela hati. Gak boleh stres dalam melakukannya karena stres juga dapat meningkatkan kadar gula darah.
Sebagai seorang diabetesi, saya telah menjalankan gaya hidup sehat sejak bulan Maret 2021 sampai pada saat ini. Dan selama hampir 9 bulan ini kadar gula darah saya terkendali dalam kisaran normal yang ditentukan. Kadar gula darah puasa saya setiap kali periksa selalu berada di antara kisaran 90-110 mg/dL, masih di bawah 126 mg/dL yang menjadi batas atas kadar gula darah puasa yang disarankan pada seorang diabetesi.
Saya menerapkan pola makan yang seimbang dengan kebutuhan saya. Saya memakan makanan yang rendah kandungan karbohidrat dan rendah juga indeks glikemiknya. Saya melakukan'intermittent fasting' atau puasa makan setiap hari Senin dan hari Kamis. Dan yang tak ketinggalan juga, saya tidak mau ngemil lagi.
Saya juga melakukan olahraga secara teratur setiap hari kecuali pada hari Sabtu. Kalau hari tidak sedang hujan maka saya akan olahraga jalan kaki minimum selama satu jam. Tapi kalau hari hujan maka saya akan berolahraga sepeda statis minimum selama 40 menit.