Halo semua sahabat dan kerabat, khususnya sesama diabetesi yang bersemangat. Salam hebat dan juga salam sehat!
Musim kemarau sudah kita lewati, musim hujan sedang kita masuki. Walau sekarang ada banjir air di sana-sini, tapi ada banyak buah-buahan yang menyenangkan hati.
Buah mangga di pasar Kranji, di atas gerobak tersusun rapih. Sang penjual tersenyum berseri, pembeli datang silih berganti.
Bukannya tak ada selera untuk mencicipi, bukannya tak ada uang untuk membeli. Tapi bagi seorang diabetesi, kadar gula darah harus terkendali.
Karena itu, ketika harumnya buah mangga datang menggoda, bagaimana caranya agar seorang diabetesi boleh ikut menikmati rasa manisnya?
Kalau kamu ingin tahu bagaimana caranya agar seorang diabetesi boleh ikut menikmati manisnya buah mangga, silakan baca tulisan saya ini sampai ke titik penghabisan.
= = =
Banyak orang Indonesia, mungkin kamu juga, bahkan saya sendiri, menyangka bahwa buah mangga adalah buah asli Indonesia. Padahal, dalam catatan sejarah disebutkan bahwa buah mangga berasal dari lembah Sungai Indus di India sebagaimana dilansir dari ciriciri pohon.com. Kata mangga sendiri berasal dari bahasa Tamil, mankay, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Portugis menjadi manga dan ke dalam bahasa Spanyol atau Inggris menjadi mango.
Walaupun buah mangga bukan merupakan buah asli Indonesia, tapi pohon mangga yang memiliki nama spesies Mangifera indica, genus Mangifera, famili Anacardiaceae, ordo Sapindales, dan kelas Magnoliopsida ini tumbuh subur di Indonesia, khususnya di dataran rendah dengan ketinggian sekitar 500 mdpl. Begitu suburnya tanah di Indonesia untuk bertumbuhnya pohon mangga sehingga beberapa varietas dari buah mangga menjadi sangat terkenal dan banyak penggemarnya.
Ada banyak varietas mangga di Indonesia. Tujuh di antara sekian banyak varietas buah mangga Indonesia yang pernah saya buru dan serbu untuk disantap adalah: mangga alpukat, mangga arumanis, mangga cengkir, mangga gedong gincu, mangga golek, mangga madu, dan mangga manalagi.