Halo teman semua. Salam hidup sehat dan tetap semangat!
Hari ini pasti terasa sangat berbeda di banding hari-hari kemarin. Bukan cuma terasa berbeda, tapi karena pada kenyataannya hari ini memang berbeda dari hari-hari kemarin.
Hari ini adalah hari penuh senyuman. Senyuman indah yang terpancar dari wajah-wajah yang berbahagia. Hari ini adalah hari kemenangan. Kemenangan spektakuler atas hawa nafsu yang sangat menggoda.
Hari ini adalah hari Lebaran, bukan lagi hari-hari di bulan Ramadan. Hari ini adalah hari pertama di bulan Syawal, hari yang boleh melambangkan dimulainya kembali pembaruan spiritual.
Hari ini adalah Hari Raya Idul Fitri. Hari yang penuh dengan kunjungan silaturahmi. Saling mengucapkan selamat sambil tak lupa memohon maaf.
Memang sudah sepatutnya Hari Raya Idul Fitri adalah hari yang patut untuk disyukuri, bukan saja bagi umat Islam, tapi juga bagi semua anak bangsa. Saya pun sebagai seorang Kristen merasakan betapa Hari Raya Idul Fitri mendatangkan sukacita bagi keluarga kami. Ketupat Lebaran, opor ayam, rendang daging sapi dan ati ampela balado menjadi hidangan yang spesial yang boleh kami nikmati ketika kami bersilaturahmi kepada tetangga, sahabat dan saudara yang beragama Islam.
Sandang, papan dan pangan terlihat istimewa pada setiap hari Lebaran. Busana baru biasa dikenakan. Rumah tempat tinggal sudah dirapihkan. Dan, makanan istimewa tentu saja disajikan.
Tapi lebih indah dari busana baru yang dikenakan, lebih resik dari rumah yang dirapihkan, dan bahkan lebih nikmat dari makanan yang disajikan, adalah hati yang sudah dibersihkan.
Hati yang sudah dibersihkan itu adalah hati yang telah menang dalam peperangan. Menang dalam pergumulan melawan hawa nafsu godaan. Menang dalam menembus barikade kesombongan. Menang dalam mengatasi perasaan tidak ingin diremehkan.
Hati yang sudah dibersihkan adalah hati yang berani meminta maaf dan yang juga tulus memberi maaf.
Mungkin mudah untuk mengucapkan Selamat Idul Fitri, tapi seberapa mudah untuk mengucapkan Mohon Maaf Lahir dan Batin? Dan seberapa mudah pula untuk memberi maaf lahir dan batin? Mari kita mengintrospeksi dan menghakimi diri sendiri, bukan orang lain.