Mohon tunggu...
Iman Agung Silalahi
Iman Agung Silalahi Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar hidup sehat holistik

Selalu merasakan sebuah kebahagiaan tersendiri saat mitra kerja atau sahabat berhasil menemukan inspirasi dan keyakinan diri untuk mencapai apa yang diimpikannya. Tertarik menjadi pembelajar hidup sehat holistik sejak Februari 2021 setelah resmi menyandang status penderita diabetes tipe 2.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ngabuburit: Khas Ramadhan yang Dirindukan

16 April 2021   05:31 Diperbarui: 16 April 2021   05:36 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Halo teman-teman semua. Salam sehat dan tetap semangat!

Apa yang khas dari bulan Ramadhan yang orang-orang rindukan? Ya, betul itu. Bukan cuma satu, tapi ada banyak khas Ramadhan yang dirindukan orang. Malahan, bukan hanya sekedar dirindukan, tapi justru sangat dirindukan.

Mungkin bagi kamu, yang khas dari Ramadhan yang kamu rindukan adalah menu makanan pembuka puasa. Kamu mungkin merindukan aneka takjil yang aduhai enaknya itu. Malah, kalau bisa takjil itu sedikit berlama-lama dululah di dalam mulut sebelum masuk mengalir perlahan ke dalam perut. Kamu ingin benar-benar meresapi nikmatnya takjil pembuka puasa.

Wajar sih kalau kamu merindukan aneka takjil itu, apalagi kalau kamu adalah seorang diabetesi seperti saya yang dulunya adalah penikmat aneka masakan dan makanan. Iya 'kan? Tapi sekarang ingat yaak, kalau kamu adalah seorang diabetesi, kamu harus tetap berhati-hati dengan apa yang kamu makan untuk mengendalikan kadar glukosa darahmu, termasuk pada saat berbuka puasa. Oke?

Mungkin bagi sebagian orang, yang khas dari Ramadhan yang mereka rindukan adalah iring-iringan indah umat Islam yang berjalan menuju sholat tarawih di mesjid saat langit malam diterangi cahaya bulan. Biasanya sih selalu tampak wajah-wajah yang dihiasi senyum kemenangan pada iring-iringan itu. Tentu saja mereka tersenyum karena mereka telah menang atas godaan yang mungkin datang bertubi-tubi selama berpuasa seharian.

Mungkin bagi sebagian anak-anak, yang khas dari Ramadhan yang mereka rindukan adalah momen menyerukan 'sahur...sahur...!' sebelum subuh. Sepertinya ada kepuasan tersendiri bagi mereka ketika bersama sesama teman berjalan keliling perumahan membangunkan saudara seiman.

Bahkan ada lho seorang rekan kerja saya yang pernah bilang kepada saya, bahwa salah satu yang khas dari bulan Ramadhan yang dia rindukan adalah jalan raya yang biasanya macet menjadi relatif longgar saat suara adzan maghrib berkumandang. Wajarlah juga kalau dia bilang begitu. Maklumlah, rumahnya jauh dari tempatnya mencari nafkah. Dia berangkat kerja ke kantor sebelum matahari terbit, dan tiba kembali di rumah setelah matahari terbenam. Praktis dia gak pernah melihat matahari terbit dan matahari terbenam dari rumahnya, kecuali pada hari libur atau saat tanggal merah saja. Kasihan, 'kan? Apa boleh buat? Tapi demi sesuap nasi untuk anak dan bini dia rela mengais rejeki di mana saja selagi kaki masih bisa melangkah pergi.

Ya, begitulah adanya. Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan momen-momen khas, unik dan tiada duanya. Iya 'kan?

Eittt...! Tunggu dulu...! Ada yang bertanya kepada saya. Apa khas Ramadhan yang saya rindukan? Jawaban saya singkat saja. Ngabuburit!

Ngabuburit

Saya adalah seorang yang lahir dan dibesarkan di Jakarta sampai saya memasuki usia 11 tahun. Tapi walaupun dibesarkan di Jakarta, saya tidak terlalu akrab dengan budaya Betawi. Paling-paling hanya dialek Betawi saja dengan ucapan khas 'lu' dan 'gue' itu yang melekat pada diri saya.

Seingat saya, saya juga selalu melihat adanya kegiatan ngumpul-ngumpul santai atau jalan kaki ramai-ramai sambil berburu takjil pada sore hari menjelang buka puasa pada waktu itu. Tapi saya tidak tahu, bahkan sampai saat ini, apa kata dalam bahasa Indonesia untuk menamakan kegiatan sore hari yang khas menjelang buka puasa di setiap bulan Ramadhan itu.

Istilah ngabuburit itu sendiri baru saya dengar setelah saya tinggal di daerahnya orang-orang Sunda, tepatnya di kota Bogor, Sukabumi dan Bandung seiring dengan penempatan tugas ayah saya dari kantor di mana dia bekerja. Oh, begitu toh yang namanya ngabuburit? Saya mulai belajar memahami arti dan makna dari ngabuburit yang merupakan tradisi bulan Ramadhan di tanah Pasundan juga.

Menurut Kamus Bahasa Sunda yang diterbitkan oleh Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda (LBSS), ngabuburit adalah sebuah kata dalam bahasa Sunda yang berasal dari tiga kata, yakni: ngalantung ngadagoan burit yang artinya bersantai-santai sambil menunggu sore hari.

Ngabuburit menjadi istilah yang bukan saja populer di tanah Sunda. Istilah ngabuburit ini tampaknya semakin dikenal juga di berbagai daerah lain di nusantara. Tapi kalau di daerah Minang, istilah yang dikenal adalah 'malengah puaso'.

Bagi saya pribadi, ngabuburit adalah khas Ramadhan yang saya rindukan. Selalu ada kangen untuk menonton atau ikutan ngabuburit ketika bulan Ramadhan datang kembali. Dan kangennya itu setiap hari. Karena itu, paling tidak mah, saya bisa menonton ngabuburit setiap hari walau dari kejauhan. Menonton ngabuburit saja sudah enak, apalagi menjadi pelaku ngabuburit itu sendiri. Gila yaak...?

Ngabuburit menjadi sebuah tradisi khas di bulan Ramadhan, khususnya pada sore hari menjelang buka puasa. Tradisi ini sangat popular di kalangan anak muda. Gelak tawa dan canda gurau selalu menjadi ciri khas yang terlihat pada setiap kegiatan ngabuburit. Kegembiraan ngabuburit seakan memastikan kemenangan atas godaan rasa lapar dan dahaga selama puasa sehari.

Apa-apa saja sih keseruan dari tradisi ngabuburit yang telah menjadi khas Ramadhan itu? Kok bisa khas Ramadhan yang satu ini sampai dirindukan juga? Kamu bisa tanya kepada siapa saja. Tapi ini nih saya kasih tahu yaak...

1. Hatimu sudah senang dengan sendirinya ketika kamu melihat teman-teman, dan saudara-saudaramu sedang tertawa dan saling bersenda gurau. Baru melihat mereka saja, hatimu sudah senang, apalagi kalau mereka ada berjalan atau duduk di sampingmu saat ngabuburit. Seru! Asyik 'kan?

Sebagaimana dilansir dari health.detik.com, Prof. Nicholas Christakis dari Harvard Medical School and the University of California mengatakan bahwa kebahagiaan bersifat kolektif dan menular di jaringan sosial. Dia mengatakan juga bahwa emosi seseorang dipengaruhi oleh orang lain, bahkan mungkin orang yang tidak dikenal sama sekali.

'Tuh, betul 'kan?" Penelitian ilmiah saja menunjukkan bahwa kegembiraan dapat ditularkan. Makanya bukanlah suatu hal yang mengherankan kalau ngabuburit memberikan kegembiraan kepada mereka yang melakukannya. Masih belum percaya? Coba saja dulu deh supaya tahu enaknya ngabuburit.

2. Hatimu akan bertambah senang dengan sendirinya juga ketika kamu sendiri ikut terlibat di dalam gelak tawa dan senda gurau bersama semua teman dan saudaramu selama ngabuburit. Karena, ketika ada kamu, maka akan ada saja bahan gelak tawa dan senda gurau tambahan. Apalagi kalau kamu tipe orang yang suka ngabodor (bahasa Sunda) atau melawak. Tambah lucu dan tambah ramai. Iya 'kan?

3. Hatimu akan semakin bertambah lagi senangnya ketika pada saat ngabuburit kamu bisa membeli suatu makanan takjil untuk berbuka puasa bersama teman dan keluargamu. Kok bisa? Ya, iyalah. Selalu ada kegembiraan pada saat kita bisa memberi. Itu 'kan yang kamu rasakan? Memangnya kamu belum pernah memberi? Kalau belum pernah memberi, mulailah untuk memberi. Karena memberi adalah salah satu khas Ramadhan juga.

Seperti nasehat Saidina Ali bin Abi Thalib RA: "Jangan pernah merasa malu ketika hanya mampu memberi sedikit untuk bersedekah, karena selalu ada kebaikan dalam berbagi, tidak peduli seberapa kecil yang kamu berikan."

Saat ini pandemi Covid-19 masih belum minggat dari bumi pertiwi. Ngabuburit di bulan Ramadhan tahun ini tentu relatif masih sama dengan ngabuburit di bulan Ramadhan tahun yang lalu. Karena itu, walaupun saya atau kamu atau kita semua kangen berat untuk menikmati keseruan ngabuburit, ingatlah selalu untuk tetap jalankan prokes (prosedur kesehatan) 5 M di dalam setiap kegiatan, termasuk pada saat ngabuburit, yakni:

1. Memakai masker.

2. Mencuci tangan.

3. Menjaga jarak.

4. Menjauhi kerumunan.

5. Mengurangi mobilitas.

Yuk, kita jalankan pola hidup sehat dan tetap semangat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun