Saya patuhi saran dokter untuk tetap berolahraga minimal 30 menit setiap hari. Saya patuhi resep dokter untuk memakan metphormin dan glibenclamide setiap hari selama 14 hari. Tapi hasilnya membuat saya kecewa di dalam hati.
Kadar glukosa darah puasa saya memang turun dari 174 mg/dL ke 134 mg/dL. Tapi hasil itu masih jauh dari yang diharapkan. Kadar glukosa darah puasa harus di bawah 100 mg/dL. Artinya? Saya berpikir bahwa dokter mungkin saja menambah dosis dan bahkan jenis obatnya. Duh, ngerinya.
Saya merasa ngeri bila ingat efek samping obat-obat diabetes itu. Saya mengalami siksaan sembelit yang luar biasa. Mungkin orang lain tidak mengalami sembelit sebagai efek samping pengobatan yang demikian. Tapi saya ingat almarhum ayah saya pun mengalami efek samping yang sama ketika memakan obat itu. Saya tidak tahan dengan efek samping yang demikian. Tapi apa solusi atau alternatif lain untuk terhindar dari siksaan sembelit itu?
'Intermittent fasting' atau diet puasa
Ini adalah sebuah metode yang mengatur periode waktu untuk makan dan puasa dengan tujuan menurunkan dan menstabilkan kadar gula darah. Ada banyak variasi pola untuk melakukan 'intermittent fasting' atau diet puasa. Tapi dua di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Pola pembatasan waktu. Ini adalah 'intermittent fasting' harian dengan memakai format 16/8. Artinya, dalam setiap harinya seseorang akan berpuasa atau stop makan selama 16 jam dan menyisakan waktu 8 jam untuk makan. Contohnya, seseorang akan makan siang jam 12 siang, lalu makan malam jam 8 malam. Setelah itu akan berpuasa atau stop makan, kecuali minum, mulai dari jam 8 malam sampai jam 12 siang keesokan harinya.
2. Pola jendela 5:2. Ini adalah 'intermittent fasting' mingguan dengan mengikuti format 5:2. Artinya, dalam setiap minggunya seseorang akan memilih dua hari untuk berpuasa atau stop makan, kecuali minum. Sementara pada lima hari lainnya diperbolehkan untuk makan tiga kali sehari sesuai kebiasaannya.
Sambil tetap berolahraga teratur minimum 30 menit sehari, saya mencoba 'intermittent fasting' dengan pola jendela 5:2. Saya memilih setiap hari Senin dan hari Kamis untuk saya berpuasa. Sementara pada lima hari yang lain dalam seminggu itu, saya makan tiga kali sehari tapi dengan menu minim kandungan karbohidrat.
Hasil sementara pengelolaan kadar glukosa darah dengan metode 'intermittent fasting' ternyata cukup menjanjikan. Pada hari ke-10 kadar glukosa darah saya turun drastis dari 134 mg/dL ke 90 mg/dL. Lalu pada hari ke-15 kadar glukosa darah saya kembali turun sedikit ke 85 mg/dL. Walau masih perlu evaluasi lanjutan, tapi saya sangat senang dengan hasil sementara dari pengaruh 'intermittent fasting' ini terhadap kondisi diabetes saya. Pertama, kadar glukosa puasa kembali ke kisaran normal. Kedua, tidak ada lagi penderitaan siksaan sembelit yang saya rasakan. Ketiga, berat badan saya ternyata turun dari 80 kg ke 78 kg. Puji Tuhan.
Mengelola kadar glukosa darah, bagi seorang diabetesi, adalah bagaikan sebuah perjalanan. Sebuah perjalanan di sisa umur kehidupan, yang penuh dengan hambatan dan tantagan, yang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Tetapi di mana ada kemauan, maka di situ pasti ada jalan.
Jangan menyerah terhadap diabetes. Sedini mungkin kita cegah komplikasi diabetes. Yuk, kita kelola kadar glukosa darah kita. Yuk, kita jalankan pola hidup yang lebih sehat.