Mohon tunggu...
Lukman Hamarong
Lukman Hamarong Mohon Tunggu... Administrasi - Sangat sulit menjadikan aku seperti kamu, karena aku adalah aku, kamu ya kamu

Mengalir seperti air

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Messi dan CR7 Gambaran Nyata Dongeng Bawang Merah dan Bawang Putih

25 Juni 2016   12:43 Diperbarui: 25 Juni 2016   12:52 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan menyebut nama Bawang Merah dan Bawang Putih, pikiran kita tentu langsung tertuju pada sebuah cerita dongeng yang amat sangat populer di republik ini. Ya, Bawang Merah dan Bawang Putih. Dongeng Melayu Indonesia ini mengangkat tema tentang sebuah perilaku yang paradoks antara dua gadis cantik bernama Bawang Merah dan Bawang Putih. Nah, kalau cerita ini kita tarik ke wilayah sepak bola, maka gambaran kekontrasan terlihat jelas pada dua sosok pesepak bola terbaik saat ini, Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo. Dan mari kita berandai-andai dengan menyebut Messi sebagai Bawang Putih dan CR7 Bawang Merah. Sekali lagi, ini soal perangai, bukan soal yang lain.

Kontras. Itu kata yang pas guna mendeskripsikan kondisi psikologis terkini dua bintang terbesar sepak bola tersebut saat ini. Meski berbeda panggung selebrasi, dua nama yang sangat menyita perhatian publik ini tetap menjadi daya tarik untuk terus disandingkan setiap gerak geriknya, baik di dalam maupun di luar lapangan. Para kuli flashdisk terus memburu kabar terkini dari mereka. Detail kecil pun acapkali hadir di meja perdebatan, bahkan berujung pada debat tak sehat, cenderung anarkistis dengan kata-kata. 

Saat ini, baik Messi maupun Ronaldo, sedang berjuang bersama dengan negaranya masing-masing. Messi bersama Argentina tengah menapaki tangga juara Copa America Centenario. Di final Argentina bersua Chile. Sementara Ronaldo susah payah membawa Portugal lolos ke babak 16 besar, dan hanya sanggup mengantar Portugal duduk di posisi ketiga babak penyisihan Grup F. Dan lolos berkat bantuan aturan yang ditetapkan UEFA.

Portugal kudu berterima kasih pada Michel Platini, eks Presiden UEFA, yang mewujudkan mimpinya menambah kuota peserta Piala Eropa dari 16 negara menjadi 24 negara peserta, sehingga lahirlah aturan “tim peringkat ketiga terbaik”. Tertolongnya Portugal dari aturan itu seakan mengindikasikan bahwa Ronaldo bersama Portugal hanya sekadar berjuang menduduki posisi minimalis di penyisihan grup. 

Padahal kontestan di Grup F boleh dikatakan kualitasnya di bawah Portugal. Apakah negara seperti Islandia, Austria dan Hungaria begitu superior, sehingga Portugal yang notabene negara pencetak pemain-pemain bintang, hanya sanggup meraup satu poin dari tiga negara tersebut? Tapi syukurlah, Portugal masih mengais asa melangkah ke babak berikutnya.

Kondisi yang amat sangat kontras antara Messi dan CR7 terekam sangat jelas. Messi kian memainkan perannya sebagai konduktor tim dan begitu lihai menari tango bersama Argentina. Lima gol plus empat assist adalah curiculum vitae yang dibawa Messi ke partai puncak. Sementara sejauh ini, CR7 baru menyumbang dua gol. Kekontrasan lain terlihat jelas saat keduanya ditugasi mengeksekusi bola-bola mati. Penalti CR7 kontra Austria gagal, sementara tendangan bebas Messi sejauh 23 meter meluncur mulus menembus barikade pertahanan USA.

Kekontrasan mulai mengental ketika dua pemain menunjukkan lakon yang paradoks. Messi memeluk seorang fans ketika laga melawan USA usai digelar. Ronaldo? Jelang kontra Hungaria, CR7 menunjukkan sikap yang arogan. Seorang wartawan/reporter sebuah TV lokal hendak mewawancarai CR7. Namun balasan yang diterima sang wartawan dari CR7 adalah mic yang dipegangnya direbut dan dibuang oleh CR7 ke danau. Sungguh sebuah tindakan yang tak pantas ditiru oleh pemain mana pun.

Dua tindakan kontras tersebut memberikan gambaran meyakinkan bahwa keduanya dalam kondisi yang paradoks. Perangai Bawang Putih seperti tengah dilakoni Messi dengan baik. Sementara CR7 juga tak mau kalah dengan memainkan peran Bawang Merah. 

Apakah CR7 tertekan karena performa brilian Messi di Copa America Centenario? Ataukah CR7 merasa pamain lainnya di timnas belum mampu mengikuti irama permainannya, sehingga begitu mudahnya CR7 memberikan reaksi yang berlebihan di atas lapangan? Gestur berlebihan itu semakin menguatkan kita bahwa CR7 memang harus banyak belajar kepada Messi dalam menjaga sikap santun. (Lukman Hamarong)


Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun