Mohon tunggu...
Lukman Hamarong
Lukman Hamarong Mohon Tunggu... Administrasi - Sangat sulit menjadikan aku seperti kamu, karena aku adalah aku, kamu ya kamu

Mengalir seperti air

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tak Ada Padi, Musikimia pun Jadi

9 Maret 2016   20:17 Diperbarui: 9 Maret 2016   20:51 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Naluri bermusikku kembali bergairah. Jiwa seniku yang karam di dasar lautan kembali mengapung ke tepian seiring hadirnya lantunan MUSIKIMIA di sepasang daun telingaku. Hengkangnya PADI ke LAIN DUNIA kini tidak lagi membuatku RAPUH dan HANGUS dalam LINGKARAN HITAM.    

Ibarat CAHAYA MATA, mereka hadir SEPERTI KEKASIHKU yang dulu. Menari-nari DAN BERNYANYI mengitari sisi gelap relung jiwaku. DEMI CINTA kurela MENEROBOS GELAP yang menghadang di ujung sana karena setelah gelap tentu akan terbit terang. Bahwa selamanya HITAM TAK SELALU GELAP,  maka hasrat inginku melihatmu TERUS BERNYANYI tentu SEBESAR ALAM.   

Kupernah merasakan keindahan jiwa mudaku bersama SANG PENGHIBUR yang selalu mengarungi terjalnya PERJALANAN INI. Selalu ada yang istimewa ketika lagumu berkumandang syahdu di ujung telingaku. BEGITU INDAH, membuatku paham akan arti KETAKJUBAN. Memang SEMUA TAK SAMA. Dunia ini penuh dinamika hidup. Namun BELUM TERLAMBAT untuk MENJADI BIJAK.

KE MANA ANGIN BERHEMBUS, di sanalah aku MENANTI SEBUAH JAWABAN dari kalian tentang RENCANA BESAR yang membuatku MASIH MAMPU TERSENYUM mendengar kalian berkarya lewat suara emas sang vokalis. Percayalah SOBAT, AKU BISA MENJADI KEKASIH bagi lagu-lagumu yang TELANJUR BERI AKU ARTI. Makin kalian bernyanyi, makin besar rasa memiliki lagumu. SEANDAINYA BISA MEMILIH, kurela berjalan tertatih karena DI ATAS BUMI KITA BERPIJAK, selalu tidak mudah melangkah ke depan.

Ada SESUATU YANG TERTUNDA ketika melihatmu tak bisa berkarya lagi. ANGKUH. Ya,  hilangnya naluri bermusik yang pernah melambungkan nama besar kalian adalah “keangkuhan” yang sejatinya akan menjadi SESUATU YANG INDAH bila potensi bermusik kalian diasah dengan ELOK. Aku tahu, hilangnya kalian dari blantika musik bukanlah AKHIR DUNIA yang membuatku remuk redam. PESANKU, jangan pernah TERLUKA di antara para musisi. Tetaplah mengangkasa di antara HARMONY syair dan lirik dan kupastikan akan BERTAHAN UNTUKMU.

RENDAM semua ISSUE yang menggelinding liar. PATAH-kan semua argumen yang bisa menghadirkan REPIHAN HATI, sehingga KASIH TAK SAMPAI hanya akan menjadi khayalan yang takkan bernah terwujud. SUDAHLAH, tetaplah bernyanyi. Hadirkan kembali lagu kolosal yang pernah hit’s. Biarkan MAHADEWI kembali resapkan nilainya karena dia tercipta hanya untukku.

DI SINI TANPAMU buatku lemah. TAK HANYA DIAM, tetapi juga resah MENANTI KEAJAIBAN lirik dan syair lagu-lagumu. JIKA ENGKAU BERSEDIH, maka JANGAN DATANG MALAM INI, karena ku akan teriak... SAVE MY SOUL. Berusahalah untuk tetap setia menempatkan syair-syairmu di ujung telingaku.

Tak ada yang bisa menolong, jika seandainya kalian tenggelam dalam masifnya genre musik anak muda. Namun, ketika kalian membangkitkan potensi dan energi yang tertimbun dalam jiwa, maka sang penolong akan muncul. SIAPA GERANGAN DIRINYA? TERNYATA CINTA. Cinta musik khas PADI/MUSIKIMIA takkan pernah hilang dari relung jiwaku. Tak ada PADI, MUSIKIMIA pun jadi. (Lukman Hamarong)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun