Hasil minor yang diraih Chelsea (kalah vs Tottenham Hotspur), Manchester United (draw vs Stoke City dan Arsenal (tumbang vs Southampton), membuat Manchester City menguasai laga Boxing Day edisi 2014-2015. Terhitung sejak pekan ke-18, Boxing Day atau Festive Season dimulai, dan diakhiri pada pekan ke-20. Lima besar yang dihuni Chelsea, City, MU, Southhampton dan Arsenal, berjuang menguasai periode sulit tersebut. Kenapa sulit? Karena padatnya jadwal selama rentang Natal dan Tahun Baru. Dan akhirnya, City-lah yang paling sabar menghadapi laga Boxing Day tersebut.
Berbekal dua kemenangan masing-masing melawan WBA dan Sunderland, serta sekali seri kontra Burnley, membuat City berhasil meraup tujuh point absolut. Meski belum mampu mengkudeta Chelsea, sang top leader sementara, tapi City telah mampu menyamai torehan poin Chelsea menjadi 46. Sebelum festive season (pekan ke-17), City masih tertinggal tiga poin. Bahkan pekan-pekan sebelumnya, City sempat tertinggal delapan poin. Chelsea sendiri meraih hasil sekali menang, seri dan kalah dengan mengumpulkan empat poin.
Penghuni tangga ketiga, MU, masih lebih baik dari Chelsea berkat sekali menang dan dua kali seri dengan poin lima. Tim kejutan, Southampton, malah lebih hebat lagi. Chelsea ditahan 1-1, dan Arsenal mereka bungkam dengan skor lumayan telak, 2-0, setelah pada laga pembuka Boxing Day mereka menelan Crystal Palace dengan skor telak, 1-3. Tujuh poin Soton kumpulkan selama periode Boxing Day sehingga peluang Soton bertahan di tiga besar hingga akhir klasemen masih terpelihara dengan baik. Kalau kita rangking dari hasil Boxing Day, maka urutannya sebagai berikut: City (7), Soton (7), Arsenal (6), MU (5),kemudian Chelsea (4).
City telah menguasai Boxing Day. Dan peluang untuk mempertahankan gelar juara juga terbuka lebar. Sebenarnya seluruh elemen yang dijadikan patokan untuk menentukan peringkat, Chelsea dan City sangat identik, bahkan 100%. Mulai dari jumlah poin yang sama (46), menang (14), seri (2), kalah (2), jumlah memasukkan gol (44), kebobolan (19), dan otomatis selisih gol-nya pun sama (+25). Namun, aturan di Premier League mengatakan bahwa jika ada dua atau lebih tim yang mempunyai poin sama, dalam segala aspek, maka yang menjadi patokan selanjutnya adalah berdasarkan urutan alfabet. Karena Chelsea diawali dengan huruf C, maka otomatis Chelsea-lah yang berhak berada pada posisi di atas Manchester City (M). Bagaimana jika seandainya kondisi tersebut bertahan hingga akhir klasemen? Maka untuk menentukan calon juara, kedua tim harus beradu pada babak play-off.
Hal itu termuat dalam Aturan C4 Premier League Handbook:Jika di akhir musim pada penentuan ke Liga Champions atau penentuan klub yang terdegradasi atau penentuan klub untuk lolos ke kompetisi yang lain tidak bisa ditentukan karena ada dua atau lebih klub memiliki kesamaan dalam poin, selisih gol dan gol yang dibuat, klub yang terkait akan melakukan satu playoff atau lebih di tempat netral di mana format, waktu dan lokasi akan ditentukan oleh dewan (Premier League).
Nah, kedigdayaan City tanpa pilar intinya dalam laga Boxing Day telah menciptakan klaim kesabaran pada sosok sang pelatih. Buah kesabaran dari Pelatih Manuel Pellegrini dalam meracik susunan pemain di saat harus ditinggal banyak pemain andalannya akibat cedera, sebut saja, Kun Aguero, Edin Dzeko dan Stefan Jovetic, semua adalah striker, telah membuahkan hasil yang spektakuler. Tanpa disokong striker murni, City mampu menyamai sang pemuncak klasemen di saat yang tepat. Adalah David Silva dan Yaya Toure yang silih berganti memainkan peran sebagai penyerang palsu di lini depan City. Akankah City berjaya hingga pekan pamungkas? Jawabannya masih terlalu prematur untuk kita pastikan. Yang jelas, kuda pacu tinggal menyisakana City dan Chelsea. MU, Arsenal, Soton, Tottenham dan Liverpool, bakal bersaing meduduki tangga ke-3 dan ke-4. (Lukman Hamarong)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H