Banjir akibat naiknya debit air telah menjadi bagian hidup yang tak terpisahkan dari warga di Perumahan BTN Kodam 3 Kelurahan Katimbang, Kecamatan Biringkanaya, Kota Makassar. 'Banjir akibat luapan air'sungai Biring Je'ne itu hampir datang setiap tahun disaat memasuki musim penghujan.
''Saya sekeluarga disini hanya bisa pasrah dan bersabar, setiap hujan mulai turun tak lama kemudian banjir,'' ujar Henri Gading (62), salah seorang warga yang tinggal di Jalan Kotipa 16 BTN Kodam 3, Kelurahan Katimbang, Kecamatan Biringkanaya, saat ditemui Jurnalisbertasbih di lokasi banjir yang tak jauh dari rumahnya yang tergenang, Kamis (5/12/2024).
Gading begitu panggilan akrabnya mengungkapkan, banjir sudah ia rasakan selama enam tahun  menggenangi rumahnya setinggi perut. Banjir menggenangi rumah saya sejak pertama tinggal disini tahun 2019 lalu. Hingga saat ini jika musim hujan datang kami sekeluarga sudah bersiap-siap air masuk kerumah,'' kata Henri Gading.
Gading pun bersama keluarga harus selalu siaga mengamankan berbagai perabot rumahnya jika banjir memasuki rumahnya. ''Banjir setinggi lutut hingga sebatas pinggang adalah hal yang biasa, sekali lagi saya bersama keluarga hanya bisa sabar hadapi ini semua,'' katanya.
Gading berkisah, banjir terparah pernah ia alami terjadi pada akhir Desember 2023 silam. Saat itu, banjir merendam rumahnya hingga setinggi dada orang dewasa.
Hal senada diungkapkan warga BTN Kodam 3 lainnya, Samaila (68). alah seorang purnawirawan yang berpangkat Peltu yang pernah bertugas di TNI AD. Samaila mengaku rumahnya selama puluhan  tahun selalu direpotkan dengan banjir di perumahannya. ''Saya masih menyaksikan beberapa tahun lalu jalan Raya Poros depan tergenang air hingga perut. Sebagai mantan prajurit, mau tak mau kita jalani suka dukanya dan dapat rumah dengan subsidi pemerintah dan sesuai kemampuan dan banjir ini harus kita hadapi dengan sabar,'' kata Samaila.
Samaila mengatakan, banjir terparah terjadi pada akhir Desember 2019 lalu. Saat itu, curah hujan dengan intensitas tinggi mulai terjadi dan air sempat masuk ke rumahnya dengan setinggi batas dada. Darsem mengaku saat terjadi banjir ditahun-tahun sebelumnya istri dan anaknya sempat ikut mengungsi di Mesjid Grand Rahmani.
Ia mengungkapkan pernah menjadi humas RW bantuan dan perhatian pemerintah sebelumnya sudah maksimal saat terjadinya banjir. "Hanya saja harapan saya sebagai warga Kodam 3 agar perlu kembali diperhatikan agar pembuatan waduk atau bendungan sebagai penampung air saat terjadinya hujan deras bisa teratasi, yakni tanggul beroncong dan juga agar setiap lorong di paving blok sehingga genangan air tidak sampai dibatas paha dan hanya sampai dibeti," imbuh Samaila.
Kini, Gading dan Samaila mengaku hanya bisa bersabar dan terbiasa hadapi banjir setiap tahunnya. Selain itu juga, Pemerintah Kecamatan Biringkanaya dan Kelurahan Katimbang tetap memberikan perhatiannya terhadap musibah banjir yang menimpa warga khususnya perumahan BTN Kodam.Â
Saat ini dari catatan ter-update yang masuk ke redaksi, BPBD Kota Makassar juga memberikan sejumlah bantuan berupa selimut dan perlengkapan bayi, dan sembako. Selain itu, pihak Pemerintah Kecamatan Biringkanaya melalui Kelurahan Katimbang telah melakukan relokasi pengungsian warga di beberapa titik relokasi yakni di Kantor Lurah Katimbang 14 kk dengan 50 jiwa,Â
Mesjid Nurul Ikhlas yang terdampak banjir yakni di RT 04 RW 06 sebanyak 112 kepala keluarga dan Masjid Grand Rahmani sebanyak 5 kk dengan 20 jiwa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI