Mohon tunggu...
Imam Wiguna
Imam Wiguna Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan swasta

Karyawan swasta, ayah dua anak, tinggal di Bogor.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan featured

Menabung Air di Rumah Guna Cegah Banjir

1 Februari 2018   18:09 Diperbarui: 27 April 2019   14:28 4825
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah 15 tahun keluarga Ir Fatchy Muhammad tak lagi berlangganan air dari Perusahaan Air Minum (PAM). Padahal setiap hari keluarganya butuh 200 liter air untuk kebutuhan seharihari. Fatchy juga perlu 72.000 liter air per bulan untuk mengisi kolam renang ukuran 6 m x 4 m x 1,5 m di samping rumah. 

Fatchy hanya mengandalkan air tanah untuk memenuhi semua kebutuhan air. Kediaman Fatchy bukan di daerah berlimpah air. Ia tinggal di ibukota Jakarta yang kerap kekurangan air di saat kemarau. 

"Hampir semua kolam renang di ibukota dipasok air PAM," tutur Fatchy. 

Yang mengerikan, Jakarta yang menjadi kawasan terpadat di Asia Tenggara ketersediaan airnya kerap tersendat. 

Fatchy tak pernah kurang air karena membuat sumur resapan. Sebuah sumur resapan ukuran 1 m x 1 m x 2 m ia buat di halaman belakang rumah pada 1995. Sumur itu meresapkan air hujan yang jatuh dari langit ke dalam tanah. ''Selama ini kita hanya mengambil air tanah tanpa mengisinya kembali. 

Nah, resapan air hujan itu akan mengisi kembali air tanah yang diambil,'' ujar alumnus teknik geologi Institut Teknologi Bandung (ITB) itu. Sumur disembunyikan di balik hamparan batu kecil yang ditata mengelilingi taman. Batu ditata lebih rendah ketimbang permukaan tanah taman. 

Ketika turun hujan, air mengalir melewati hamparan batu, lalu masuk ke sumur resapan. ''Hamparan batu juga berperan sebagai penyaring alami air hujan sebelum masuk ke sumur resapan,'' kata Fatchy.

Sumber: enviro.bppt.go.id/
Sumber: enviro.bppt.go.id/
Menabung hujan

Saringan lain berupa ijuk yang dipasang pada 5 lubang berdiameter 5 cm di tutup sumur. "Saringan itu untuk mencegah pengendapan tanah sehingga sumur lebih awet,'' kata Fatchy. Pantas selama 15 tahun sumur itu belum pernah dikeruk. Empat tahun lalu Fatchy menambah 3 sumur resapan. 

Maklum, kebutuhan airnya bertambah karena ia membuat kolam renang di samping rumah. Ketiga sumur itu dibangun di sekeliling kolam.

Sumur ditutup beton dan hanya diberi 1 lubang masuk. Ia juga membuat 1 sumur resapan di taman depan rumah. Di permukaan sumur diletakkan gentong pot tanah liat untuk menyamarkan sumur dan menjadi salah satu elemen taman. Berkat kehadiran sumur resapan, Fatchy tak pernah kekurangan air saat kemarau. 

Ketinggian air tanahnya hanya 7 m. Warga lain di sekitar rumah mesti menggali hingga lebih dari 30 m untuk mendapatkan air tanah. Menurut Dr Sutopo Purwo Nugroho, kepala Bidang Teknologi Mitigasi Bencana Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), peran sumur resapan sangat penting untuk daerah yang kekurangan air seperti Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.

Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup, ketiga pulau itu rawan kekeringan karena jumlah air yang tersedia saat kemarau lebih sedikit ketimbang kebutuhan air penduduk. 

Jumlah air saat kemarau di Pulau Jawa dan Bali hanya 25,3-miliar m3. Sedangkan kebutuhan air mencapai 38,4-miliar. Menurut Fatchy, ketiga pulau itu semestinya tak kekurangan air bila memanfaatkan air hujan sebaik-baiknya. Hitung-hitungan Fatchy, dengan asumsi curah hujan Jakarta rata-rata 2.250 mm per tahun, maka jumlah air hujan mencapai 1,488375-miliar m3/tahun. 

Dengan kebutuhan air rata-rata 73 m3/orang/tahun, maka air hujan itu cukup untuk memenuhi kebutuhan 20-juta penduduk atau 2 kali jumlah penduduk Jakarta jika dikelola dengan baik. Selama ini sungai diperlebar agar air hujan segera mengalir ke laut. 

"Artinya, setiap tahun kita selalu membuang-buang air hujan," kata Fatchy yang juga ketua Masyarakat Air Indonesia (MAI). Padahal, jika diresapkan ke dalam tanah, akan menaikkan muka air tanah sehingga saat kemarau tidak menurun drastis dan bisa dimanfaatkan. 

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Cegah banjir
Sumur resapan juga melindungi rumah Facthy dari genangan air saat musim hujan. Padahal curah hujan di kediaman Fatchy di Jakarta Selatan mencapai 2.000---3.000 mm/tahun. 

Jumlah itu lebih tinggi ketimbang Jakarta bagian utara yang hanya 1.500---2.000 mm/tahun. ''Begitu hujan berhenti, genangan air langsung hilang,'' katanya. Curah hujan lebih tinggi di Jakarta Selatan menjadi ancaman bagi Jakarta bagian utara yang merupakan dataran rendah. 

Luas dataran rendah di Jakarta mencapai 24.000 ha atau 40% dari seluruh wilayah DKI Jakarta. Bahkan, beberapa daerah berada 1 m di bawah muka air pasang maksimum. 

Jakarta juga dialiri 13 sungai sehingga rentan banjir. Karena itu air hujan yang berlimpah di bagian selatan mesti "ditahan" agar tidak mengalir ke utara yang lebih rendah. Salah satunya dengan membuat sumur resapan sebanyak mungkin agar sungai tidak menanggung beban aliran air yang berlimpah saat hujan. 

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Itu sebabnya Fatchy getol mengajak warga sekitar membangun sumur resapan. Ia membuat 3 sumur di bawah koridor jalan yang membagi ruas jalan utama di depan rumahnya. "Jadi air hujan itu tidak saya alirkan ke got, tapi ke dalam sumur,'' kata pria yang berprofesi sebagai konsultan geologi tambang itu. 

Fatchy juga membuat sumur resapan untuk setiap rumah dan beberapa titik di kawasan townhouse yang ia bangun di kawasan Ciputat, Jakarta Selatan. ''Saya ingin menciptakan kawasan zero run off alias tanpa genangan air hujan sama sekali,'' ujar pria yang baru menekuni dunia properti itu. 

Konsep itu ternyata berhasil. Sejak dibangun 4 tahun silam, kawasan itu tak pernah tergenang saat musim hujan.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun